Halaman:Gerakan wanita di dunia.pdf/45

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

budjuk itu. Upah buruh-wanita dalam tahun 1936 tidak sampai sepertiga dari upah buruh laki-laki. Lama-kelamaan keadaan ini bertambah baik sedikit; sekalipun tiap-tiap tahun masih ada sepertiga wanita dan anak-anak perempuan meninggalkan paberik dan tidak kembali lagi, tetapi pembudjuk-pembudjuk terus sadja berkeliling mentjari gantinja.

Berubahnja pengertian bangsa Djepang tentang kedudukan kaum wanita ialah karena pengaruh kebudajaan Barat dan lebih-lebih karena pengaruh "Zending" dan "Missie". "Zending" dan "Missie" mengadjarkan pada kaum wanita, bahwa berbuat djasa pada suami itu benar suatu pernjataan tjinta jang amat mulia, akan tetapi berbuat djasa ini tidak usah berarti dan djanganlah sampai mendjadi memperhambakan diri pada kemauan suami atau mertua-perempuan. Segala-galanja hendaklah berlaku dengan sukarela. Kaum wanita Djepang memperoleh kemerdekaan mereka bukanlah dengan tiada berdjuang. Orang mentjeriterakan, bagaimana seorang gadis turunan bangsa Samurai pada permulaan abad ini pergi mentjari pekerdjaan dikota supaja dapat membantu orang-tuanja jang serba kekurangan. Ia menganggap ini sebagai suatu kewadjiban. Tetapi pada saat itu djuga kaum-keluarga tunangannja menganggap perlu pula memutuskan pertunangan anak mereka dengan gadis itu, sebab seorang wanita jang sampai sedemikian rasa kemerdekaannja tidak akan mendjadi isteri jang baik bagi anak mereka.

Masa sekarang dinegeri Djepang sudah berjuta-juta kaum wanita jang tidak sadja sebagai buruh-paberik atau buruh tani mentjari nafkahnja; sekarang sudah ada tabib-perempuan, guru-perempuan, hakim dsb. Wanita-wanita ini telah membebaskan dirinja dari ikatan-keluarga dan telah mendjadi "teman-hidup" bagi suami mereka.

Tentulah keadaan serupa itu belum lagi terdapat dima-

43