jang duduk dalam pergerakan tidak mudah menjuruh suami-suaminja untuk bekerdja kepada "Nica". Meskipun tentu disana-sini ada djuga ketjualinja. Ada djuga seorang isteri jang mendjadi pengurus dari salah satu perkumpulan wanita jang memaksa suaminja kembali bekerdja kepada pemerintah "Hindia Belanda", sedang dari fihak si-suami telah beberapa kali tawaran tersebut ditolaknja.
Tetapi pada umumnja, isteri-isteri pergerakan itulah jang mendorong dan memperteguh hati suaminja agar tetap mendjadi "non", tidak bekerdja kepada negara-negara jang ditjiptakan oleh Belanda.
Dengan pandangan sepintas lalu ini, maka njatalah kepada para pembatja, bahwa perkumpulan-perkumpulan wanita Indonesia umumnja ikut berrevolusi, bersama-sama dengan rakjat Indonesia melakukan perobahan jang tegas dan njata dalam langkah dan lakunja dan sudah barang tentu, dalam djalan fikirannja.
Tetapi.... masih ada beratus-ratus kaum ibu, jang ditinggalkan oleh zamannja. Golongan ini adalah kaum wanita — para isteri pegawai pemerintah Hindia-Belanda dulu, — jang tergabung dalam salah suatu perkumpulan.
Wanita-wanita jang dahulu tidak pernah bergaul dengan kaumnja jang berdjiwa nasional, menganggap segala tingkah dan laku dari anggauta-anggauta Perwani, Perwari dan sebagainja itu, adalah gerakan "musuh", jang berkepala batu dan jang beranggapan, bahwa Indonesia ini bisa berdiri sendiri tidak dengan pertolongan Belanda! Demikianlah faham kolot dari kaum isteri pegawai-pegawai Hindia- Belanda dulu itu, jang masih djuga diteruskan dalam zaman Republik walaupun ada ketjualinja!
Namun begitu, pekerdjaan dan usaha-usaha kaum isteri dari kaum pamong-pradja dizaman sebelum perang itu, banjak jang boleh dikemukakan. Sebagai tjontoh saja sebut:
116