Halaman:Gerakan wanita di dunia.pdf/118

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Soal ini tentu menarik perhatian tjerdik-pandai di kotakota, jang berusaha memperbaikinja.

Sekolah-sekolah di desa kini sudah mulai banjak. "Sekolah Desa" namanja dulu, kini bernama "Sekolah Rakjat". Tiga tahun lamanja beladjar dan bagi siapa jang sanggup beladjar terus, mesti pergi kekota atau ke-kampung jang berdekatan. Djuga anak-anak perempuan desa kini sudah mulai banjak jang meneruskan peladjarannja dikota-kota. Mereka mesti berdjalan kaki, diantara 5 à 10 kilometer djauhnja. Pagi-pagi berangkat dan diwaktu lohor mereka sampai kerumah, bertemu kembali dengan orang-tua mereka.

Waktu sigadis desa telah mendjadi dewasa dan telah berumah-tangga maka hidupnja dari sehari-kesehari ialah:
a. membantu sang suami berladang atau bersawah,
b. berdjualan dipasar (pekan) atau diwarung (lepau) ditepi djalan,
c. mengasuh anak-anaknja dirumah.

Variasi atau selingan dalam hidupnja tak ada. Hanja bila ada undangan, karena anak tetangga mendjadi penganten, menjunatkan anak laki-laki.... umumnja, selingan hidup untuk menambah makan rochani tidak ada. Di Sumatera selingan itu adalah mendengarkan chotbah sebagai penambah pengadjian.... tetapi ini sudah masuk bagian hidup wanita kampung, jang akan saja paparkan dibawah ini.

Wanita kampung

Diatas telah saja terangkan, bahwa letak Kampung adalah disekitar kota. Lebih tegas, bila saja katakan: dia ada diantara desa dan kota. Maka karena itu, penghidupan penduduk kampung djuga masih memakai kebiasaan kampung, tetapi mempergunakan pula adat-istiadat kota.

100