Halaman:Gerakan wanita di dunia.pdf/114

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
11. WANITA INDONESIA

Kalau kemadjuan wanita Indonesia, diukur dengan djumlahnja wanita jang keluaran sekolah tinggi maka belumlah ada alasan bagi bangsa Indonesia untuk merasa puas. Tetapi bila diambil djumlah jang kini telah menamati sekolah-sekolah menengah, jang mempunjai akte untuk bagian pendidikan dan sebagainja, memadailah djumlah itu, dibandingkan dengan tempoh kaum wanita Indonesia, menerima peladjaran dan pengadjaran setjara zaman sekarang.

Bilakah wanita Indonesia mulai mengenal "dunia luar”? Lebih terang dan njata lagi, bila pertanjaan itu kita mudahkan dengan: Bilakah anak-anak perempuan Indonesia mulai masuk sekolah, mulai menerima peladjaran serupa dengan saudara-saudaranja anak-anak laki-laki?

Djawabnja: Setelah buku "Door Duisternis tot Licht” terbit, dalam tahun 1911. Buku tersebut adalah karangan almarhumah R. A. Kartini. Buku Kartini, dipilih, dikumpul dan diterbitkan oleh Mr. Jacgues Henry Abendanon, jang diantara tahun 1900—1905 mendjabat Directeur v.h. Departement Onderwijs, Eeredienst en Nijverheid di Hindia-Belanda.

Surat-surat R. A. Kartini ditulisnja antara tahun 1899—1904 dan ditahun '04 itu djuga, almarhumah itu menutup matanja untuk selama-lamanja.

Bersamaan dengan terbitnja buku Kartini tersebut, didirikan pula sekolah-sekolah "Kartini”, jang dimasa itu sederdjat dengan Hollands-Inlandse-School, akan tetapi hanja untuk anak-anak perempuan. Sekolah jang pertama, didirikan di Semarang. Menjusul Batavia (kini: Djakarta), Buitenzorg (kini: Bogor) dan lain-lain tempat pula. Sekolah-sekolah anak-anak perempuan tersebut bisa hidup

96