belas; Mary Wollstonecraft ditahun 1790, jang bertjita-tjita hendak mempraktekkan segala azas-azas revolusi Perantjis, jakni kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan, pada kaum wanita; Elizabeth Fry, jang mulai memperbaiki keadaan rumah pendjara serta tjara menghukum seseorang; Elizabeth Stanton, jang berani menentang orang-orang lain(malah djuga suaminja), dalam memperdjuangkan hak-pilih bagi kaum wanita (tahun 1848) dan Raden Adjeng Kartini jang sudah terkenal itu. Mungkin pula kita santa sekali tidak mengenai nama wanita-wanita masa dahulu itu dan hanja dari buku-buku atau gambar-gambar sadja kita dapat mengetahui kehidupan mereka serba sedikit.
Apabila kita sekedar mengetahui tentang kehidupan mereka pada zaman jang lampau, mengetahui perdjuangan mereka untuk merebut hak kemerdekaan bagi kemadjuan djenis kelaminnja, dan untuk perbaikan keadaan sosial, maka kita telah mempunjai suatu petundjuk bagi kehidupan kita sendiri. Djarum pedoman kehidupan ini bagi segala kaum wanita arahnja sama sadja. Pada lahirnja kehidupan seorang Njonja Smith di New York berbeda dari kehidupan Njonja Ondang disebuah kampung di Minahasa akan tetapi sesungguhnja kehidupan kedua wanita itu tak berbeda. Hanja Njonja Smith makanannja ialah beberapa makanan dalam kaleng jang diambilnja dari peti-esnja, dan ia membersihkan nuuahnja dengan penghisap debu listrik, sedangkan Njonja Ondang memasak nasi dari beras jang ditanamnja sendiri dan membenihkan rumah dengan sapu biasa. Tetapi bukan ini hal jang penting: jang terpenting ialah bahwa mereka kedua-duanja mempunjai kewadjiban jang sama, jakni: ikut membantu membangun dunia jang lebih baik untuk anak-anak kita, membangun masjarakat baru, dalam mana semua manusia dapat hidup dengan tidak takut-takut
8