Halaman:Garuda Perdamaian (Garuda Indonesia, 1957).pdf/113

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dalam usaha untuk meredakan ketegangan dunia, karena apabila perang petjah, hal itu akan berarti kehantjuran dari umat manusia. Dengan demikian maka konperensi Bandung itu menggambarkan kebangkitan dari bangsa-bangsa Asia-Afrika dan merupakan pangkal permulaan dari berachirnja kolonialisme dikedua benua tersebut.

Apabila kita sekarang menindjau pergolakan nasionalisme didaerah Timur Tengah dari dekat, maka sebenarnja tjita-tjita pembentukan negara-negara nasional jang masing-masing berdaulat dan memiliki batas-batas kenegaraan tertentu dengan kesatuan kebangsaan masing-masing, mulai tampak dengan kuat setelah berachirnja perang dunia ke-I. Hal itu misalnja sadja Mesir, Syria, Libanon, Jordania, Arab Saudi.

Nasionalisme di Mesir mulai berkembang sedjak adanja pemberontakan Arabi Pasha tahun 1881, terhadap lnggris, karena keputusan Inggris untuk mendjalankan pengawasan keuangan Mesir. Seluruh Mesir kemudian lalu diawasi oleh Inggris.

Kemudian pada tahun 1907 ada kongres Nasionalis jang ke I, dibawah pimpinan Mustapha Kamal jang menghendaki pembangunan Mesir dan mentjapai kemerdekaan penuh. Djiwa itu hidup terus jang kemudian dipelopori party Wafd. Pada waktu perang dunia ke I, Abbas Helmi radja Mesir, memihak Djerman dan Turki. Ia dipetjat oleh Inggris dan digantikan oleh Pangeran Husein Kamil dengan menggunakan gelar Sultan. Pada tahun 1917 beliau wafat dan diganti puteranja Fuad. Dengan berachirnja peperangan, maka Mesir lalu dinjatakan sebagai negara protektorat Inggris. Kemudian berhubung dengan adanja gerakan nasionalisme jang kuat, Inggris terpaksa menghapuskan keprotektoratannja atas Mesir pada tahun 1922, tetapi tentara Inggris tetap berada di Mesir dengan alasan untuk mempertahankan terusan Suez.

Syria adalah negeri mandat Perantjis, berdasarkan ketetapan dari Liga Bangsa-bangsa tanggal 25 April 1920. Dalagt Perang Dunia Perantjis menjerbu ke Syria jang diwaktu itu adalah daerah Turki dan berhasil merebut Damsjik dan menduduki seluruh Palestina. Kemudian Perantjis mendjalankan politik devide et impera dengan djalan membagi Syria dalam 4 negara bagian jakni: Damsjik, Alleppo, Allawi dan Libanon Raya. Keempat negara bagian itu ditempatkan dibawah

109