Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/91

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sebagai akibat dari pola hidup baru tersebut. Dari perkawinan mereka berdua lahirlah seorang anak perempuan.

Setelah menjalani beberapa tahun dipondok mereka, sang isteri mengajak suaminya untuk berkunjung ke sang ibunya yang masih hidup di kampung Wiamne. Sang suami menyetujui permintaan tersebut maka pada suatu hari yang baik setelah bersiap-siap berangkatlah mereka ketempat sang ibu. Disana mereka disambut dengan baik serta mereka hidup dengan aman dan tenteram. Pada suatu hari ayah sang bayi sedang berburu dan ibunya kekebun. Anak mereka tinggal serta neneknya di rumah. Karena nenek memerlukan air, ia menyuruh cucunya mengambilkan dengan ruas-ruas bambu yang sering dipergunakannya. Karena sang cucu kurang hati-hati, bambu terjatuh dan pecah. Ketika nenek melihat hal tersebut iapun marah sambil berkata, "Engkau anak jahat, keturunan orang hutan yang buas serta pemakan daging mentah.".

"Kalau bukan anak perempuanku engkau tidak akan mengenal makanan yang dimasak".

Ketika sang cucu mendengar perkataan demikian ia merasa sedih, serta berjanji didalam hatinya untuk menyampaikan hal tersebut kepada ayahnya setelah kembali nanti.

Ketika ayahnya pulang, anaknya pergi menyongsongnya. Sambil berjalan ia menyampaikan perkataan neneknya kepada ayahnya. Ketika sang ayah mendengar perkataan demikian ia merasa terhina dan bertekad akan meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke tempat semula. Pada malam harinya ia berbisik kepada isterinya serta mengatakan bahwa ia akan berangkat lebih dahulu dan ia serta anak mereka harus menyusul kemudian.

Ketika fajar mulai terbuka berangkatlah sang suami serta anjing-anjing piaranya menuju ketempat semulanya. Walaupun tempat tinggalnya semula cukup jauh tetapi ia berjalan kuat dan pada hari kedua tibalah ia pada tempat tinggalnya semula. Setelah tiga hari kemudian berangkatlah ibu dengan anak mengikuti jejak ayah mereka. Setiba mereka ditempat tersebut mereka tidak jumpa dengan ayahnya. Mereka mencari-cari kesana kemari tetapi tidak bertemu dengan ayah mereka. Keadaan dapurpun tidak berubah sebagaimana mereka tinggalkan sewaktu mereka berangkat dari tempat atau pondok mereka. Di samping pondok mereka terdapat sebidang kebun. Anjing mereka berlari kian kemari seolah-olah mengatakan bahwa tuannya berada didalam kebun itu.

75