Lompat ke isi

Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/83

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

belaka. Setiap orang yang kebagian seorang laki-laki yang langsung menjadi suaminya. Kecuali adik mereka yang ditugaskan mengintai laki-laki ini yang belum mendapat pasangan karena ia tidak kebagian ranting kayu itu.

Sehingga ia mengeluh. Mengapa saya tidak dapat bagian ?? Bolehkah saya mendapat seorang dari kakak-kakak ??? Keluhnya. Kakak-kakaknya menjawab : Kami hanya mendapat bagian yang pas-pas saja yakni masing-masing hanya satu orang.

Jadi tidak bisa kami bagi lagi dan terpaksa adik sendiri tidak memperoleh bagian, ejek kakak-kakaknya.

Sang adik sangat sedih sekali perasaannya karena hanya dia sendiri yang tidak mendapat pasangan seperti kakak-kakaknya. Tapi dia masih punya perasaan bahwa dia akan mendapat pasangan juga. Ia tidak berputus asa.

Setelah ia perhatikan semua laki-laki yang ada sekarang ini, ia merasa bahwa menurut ingatannya sewaktu mengintai tadi, bahwa masih ada seorang laki-laki diantara ini yang belum hadir dan belum berada ditempat ini. Seingatnya bahwa laki-laki itu warna kulitnya kuning, sedangkan yang ada sekarang, tidak ada yang kulitnya berwarna kuning. Nah kalau demikian, baiklah saya akan periksa mungkin masih ada ranting - ranting kayu yang tertinggal didalam kandang.

Begitu dia periksa, ternyata masih ada satu tangkai kayu sin itu yang belum terbawa keluar tadi oleh kakak-kakaknya, tapi kayu itu banyak ber-buku-buku. Mungkin karena banyak buku-bukunya maka kayu itu tidak dibawa oleh mereka, pikirnya. Dibawanya keluarlah kayu itu dan begitu kakak-kakaknya melihat kayu itu, mereka mengatakan sambil mengejeknya bahwa kayu itu tadi mereka sudah belah, tapi karena banyak buku-bukunya sehingga kayu itu tidak bisa dibelah karena kerasnya. Kami sendiri tidak dapat membelahnya, apalagi kau, ejeknya.

Ejekan kakak-kakaknya ini hanya dijawabnya dengan senyum penuh harapan. Saya coba-coba dulu. Nanti kalau tidak berhasil, apa boleh buat sudahlah. Ditekuninya kayu itu dengan kampaknya dengan penuh harapan yang sangat meluap-luap. Dan ternyata usahanya ini betul-betul tidak sia-sia belaka.
Kayu itu terbelahlah, dan keluarlah seorang laki-laki yang ganteng dan perkasa dengan warna kulit kuning sesuai dengan apa yang dia saksikan pada waktu dia mengintai mereka-mereka ini.

Dengan gembiranya ia berteriak kepada kakak-kakaknya : Ini

67