Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/67

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

an berumur 9 tahun sedangkan anak laki-laki 7 tahun terjadilah suatu peristiwa.

Pada suatu hari suaminya pergi berburu ibu dan kedua anaknya tinggal di rumah. Kedua anak itu pergi kekebun ambil pisang masak dan sayur bayam. Waktu mereka dua kembali dari kebun ternyata ibunya tidak ada di rumah. Secara kebetulan anak laki-laki ini merasa ingin buang air. Kemudian ia pergi sambil berlari ketempat buang air. Begitu ia sampai dia melihat ibunya sedang duduk ditempat buang air. Setelah ia mendekatinya ternyata ibunya sambil duduk sedang makan kotoran. Perlahan-lahan ia kembali ke rumah dan menceriterakan peristiwa tersebut pada kakaknya. Waktu ayahnya pulang dari hutan kedua anak ini menceriterakan hal itu pada ayahnya. Ayahnya berpikir, ”Wah, kalau begitu perempuan yang saya kawin ini bukan manusia betul, ini sebenamya orang yang sudah mati.” Pada malam harinya suami ini tanya pada ibunya. ”Bagaimana kalau besok kita bisa pulang ke kampung saja. Isterinya menjawab: ”baiklah sayapun sudah berniat demikian, sebab anak kita ini sudah besar-besar, mereka harus bertemu dengan neneknya di kampung Malya. Sebelum ia meninggal dunia keesokan harinya mereka menyiapkan barang dan bekal maka berangkatlah. Dari Negeri USINU MAUNU menuju ke kampung Malya. Perjalanan memakan waktu selama dua minggu.

Kemudian mereka sampai di kampung Malya. Sebenarnya mereka bisa masuk ke kampung tetapi waktu ini si Keyam ini dengan ibunya menangis menyebut-nyebut namanya (nama orang mati), maka ia merasa malu. Begitu ia dengar lagi ibunya menyebut namanya, ia berhenti dan menegur kedua anaknya yang sedang ramai bercanda: ”Hei, anak-anak coba diam!”.

Dengar apa yang sedang terjadi di kampung Malya sana itu ! Saat itu suaminya masih jauh dibelakang mereka, begitu ia dengar lagi namanya disebut-sebut melalui tangis ibunya itu, maka ia lepaskan anaknya beserta menjatuhkan sagu dari atas kepalanya lalu terbang jadi burung Cenderawasih. Kemudian disusul dengan kedua anak yang perempuan jadi burung hitam mata merah dan yang anaknya lelaki jadi burung hitam putih. Suaminya kaget dan marah; lalu dibuangnya sagu beserta bambu yang dipikulnya itu diakar kayu. Dan dia sendiri ambil anak panah menuju rumah ibunya Keyam sesampainya di rumah dia panah mertuanya yang lagi menangis itu . Sang mertua ini lari dengan anak panah tertan--

51