Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/63

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

12. ASAL MANUSIA


Menurut orang Yahadian (suku Mbahar, Rumakoi dan Maraha) dan penduduk sekitarnya seperti kampung Mugim, kampung Baru (Kais), Konda Werisar (suku Onim), kampung Sisir, Mangroholo, Sayal yang juga terdapat suku Mbahar, Rumakoi, Maraha dan Onim.

Menurut mitos diceriterakan bahwa manusia (suku Mbahar, Rumakoi , Maraha dan Onim) berasal dari burung Kasuari.

Pada jaman dahulu kala hidup sebuah keluarga yang terdiri dari suami , isteri dan seorang anak perempuan. Dalam kehidupan mereka tidak tentram karena sang ayah setiap saat bertengkar dengan sang isteri dan anaknya karena sudah tidak tahan akan asap sengsara yang di timpahkan oleh sang suami kepada mereka maka mereka berkeputusan untuk lari atau bercerai dengan ayahnya untuk mendapatkan hidup yang tentram. Pada saat itu sang isteri sedang hamil dan menantikan saat melahirkan. Namun demikian untuk melepaskan sengsara ini, mereka terpaksa meninggalkan sang suami; sampai ditengah jalan dalam hutan rimba maka sang isteri melahirkan seorang anak laki-laki, sedangkan setelah melahirkan mereka terus berlari dan bayi yang baru lahir ini ditinggalkan karena mereka dikejar oleh sang suami/sang ayah. Sang suami mengejar mereka dan ia bertemu dengan bayi dan ia membawanya sambil mengejar dan memanggil agar mereka kernbali. Tetapi untuk melepaskan kesengsaraannya mereka terus berlari, dan tibalah mereka ditepi sungai. Ditepi sungai sang ibu membaca manteranya dan tiba-tiba timbul sebuah pohon akar-bahar besar yang melintasi sungai itu.

Namun dari belakang sang ayah tetap mengejar mereka dengan membawa bayi yang baru lahir itu Setelah sang ibu dan anaknya melewati sungai sampai diseberang mereka berpesan kepada pohon akar-bahar bahwa bila ada laki-laki yang menyusul, mereka mohon agar dia dibunuh.

Setelah mereka pergi maka pohon akar-bahar tenggelam kembali. Sang suami terus mengejar dan tiba ditepi sungai tersebut lalu ia membaca manteranya tiba-tiba pohon akar-bahar itu timbul dan melintasi sungai. Tapi malang baginya. Sementara ia menyeberang dengan bayinya tiba-tiba pohon akar-bahar membalikan badannya dan sang suami/ayah melemparkan bayi kedarat dan tersangkut pada pohon Negro (menurut bahasa Indonesia Irian/

47