Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

menerjang badai dan taufan. Perahu dilengkapi dengan semang dan layar. Busur dan anak panah serta tombak tidak sedikit jumlahnya telah disiapkan untuk menjaga kemungkinan pertempuran ditengah jalan. Bekal sagu saguer dan persis Ambinui dan ikan telah disiapkan lebih dari cukup. Sebelum berangkat Seranawakakoy beserta kawan-2-nya berdoa kepada para dewa agar dalam perjalanan diberi selamat. Selesai berdoa layar dipasang, sebelum matahari terbenam menyusur pantai tanah besar dan direncanakan akan melalui kampung Ambai sebelum binatang pagi muncul.

Tetapi malang bagi Seranawakakoy karena pengaruh angin dan gelombang terpaksa sampai di daerah Ambai setelah fajar menyingsing. Dari jauh tampak dua buah perahu mengejar Seranawakakoy dan kawan-kawan. Kawan-kawan Seranawakakoy beserta istrinya mulai gelisah sebab perahu yang mengejar pastilah perahu orang-orang Ambay. Seranawakakoy tetap tenang dan ia yakin bahwa dua perahu tersebut akan dapat dikalahkan. Perahu makin dekat dan tanpa pembicaraan apapun dua perahu tersebut mulai menyerang Seranawakakoy beserta kawan-kawannya. Seranawakakoy mulai membalas dan ia mulai menghujani anak panah yang tiada putus-putusnya. Akhirnya kedua perahu tersebut mengundurkan diri karena persenjataan telah habis, atau kemungkinan karena segan melawan Seranawanakoy beserta kawan-kawannya. Seranawakakoy beserta kawan dan istrinya mulai lega hatinya dan ia terus melanjutkan perjalanan mengarungi lautan yang luas. Akhirnya Seranawakakoy sampai dipulau-pulau kecil yang saat sekarang ini disebut pulau Ambai. Pulau Ambai ini adalah pulau yang masih rawan belum didiami manusia. Seranawakakoy beserta istri dan kawan-kawannya merasa tenang tinggal di pulau Ambai dan bermaksud untuk bermalam dipulau tersebut. Seranawakakoy memerintahkan agar kedarat, dengan maksud untuk beristirahat sejenak serta memasak. Setelah makan siang mereka semua beristirahat melepaskan lelah dimana tenaga telah diperas siang malam terus-menerus.Ambinui tertidur lelap didarat tidak ada seorangpun yang berani membangunkan, mungkin karena sangat capai lagipula sedang hamil tua dimana saat-saat anak pertama sedang dinantikan kelahirannya. Riak gelombangpun tiada, angin bertiup tidak begitu kencang, suara kicau burungpun tidak kedengaran. Dalam suasana yang sunyi dan tenang tersebut tiba-tiba dikejutkan oleh datangnya seseorang yang persis Ambinui dan dalam keadaan hamil tua pula. Ia menemui Seranawakakoy diperahu sambil berkata : "Seranawakakoy, sore hampir tiba,

16