Lompat ke isi

Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

mengandung banyak tepung sagu. Karena itu Beworpits berkata kepada anaknya : ”Mari kita tumbang saja pohon ini dan menokoknya, karena mengandung banyak tepung sagu.”

Kemudian ia melanjutkan pekerjaannya hingga pohon itu tumbang. Beworpits berkata kepada anaknya bahwa mereka menolak saja bagian pohonnya saja, sebab ia merasa capai sedikit dan harus beristirahat. Setelah dibersihkannya bagian yang hendak ditokoknya, ia mulai membela tulang batang sagu itu.

Ia membelahnya terus, terus, terus, terus sampai selesai. Kemudian ia meneruskan dengan memotong lagi hingga selesai. Sementara itu, anaknya pergi ke bagian ujungnya dan mengambil pelepa sagu dan disiapkannya untuk menada tepung sagu. Setelah menyiapkan penampung tepung sagu itu, ia mengerjakan tempat meramas pati sagu. Kemudian dipasangnya lagi penampi. Setelah itu digalinya sebuah perigi kecil untuk mengambil air.

Sementara itu, ayah wanita itu telah selesai membela dan menokok pati sagu itu. Karena ia telah merasa lelah, ia pergi memotong daun sagu dan mengalasnya dekat ujung pohon sagu itu dan berbaring disana. Tidak lama kemudian iapun tertidur, sambil kepalanya menghadap ke ujung daun sagu dan kakinya menghadap ke jurusan anaknya. Segera terjadi mujisat bahwa tepung sagu itu naik sampai diatas penampungnya. Tepung sagu itu naik dengan sendirinya, ayua. 1).

Tidak lama lagi muncullah seekor ular phyton yang sangat besar dari arah ujung daun sagu itu dan mulai mengepung Beworpits. Setelah itu, ular itu mulai menjilat-jilat tangan, kaki dan bagian tubuh yang lain sampai licin, siap untuk ditelan. Ular itu kemudian menjilat tubuh laki-laki itu. Setelah itu ular membesarkan tenggorokannya dan mulai menelan perlahan-2. Manusia yang panjang, panjang, panjang itu ditelannya. Selesai. Sekarang telah selesai ditelan. Kemudian ia merayap pergi. Untuk ketahuan anak wanita itu, ular mengebaskan ekornya diatas tanah tempat ayahnya tadi berbaring. Setelah melihat itu, anaknya berteriak, katanya ”Wuaaa . . . . ., bapak . . . . . ., bapak ditelan ular. Sayang ular menelan bapak; bagaimana dapat ditolong.” Sementara itu, ular telah lenyap dari pandangannya. Anak wanita itu tetap mengikuti ular itu dari belakang; sambil berteriak minta tolong . Aa . . . tolong,minta tolong. Bapak saya ditelan ular, dan ular sedang berada disini.” Setelah melihat tempat perhenti-

7