Halaman:Brosur Lagu Kebangsaan - Indonesia Raya.pdf/29

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

nesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan. Dan menurut interview dengan Soegondo, ex Ketua Kongres Pemuda II, tersebut, sebelum keputusan PNI itu angkatan muda dalam menyanyikannya dengan suasana panas menggantikan kata-kata "mulia-mulia" dengan "merdeka-merdeka" tanpa mempedulikan kemungkinan larangan-larangan. Dengan suasana yang makin memuncak di kala itu, maka kalau judul lagu yang mula-mula INDONESIA lalu berobah menjadi INDONESIA RAYA, amatlah sesuai dengan zamannya. (Lihat keterangan lebih lanjut di bagian sejarah lagunya itu sendiri.)

Dengan adanya larangan-larangan dari Belanda itu Pers lndonesia mengeluarkan kritiknya yang menentang larangan tersebut. Begitu juga di gedung Perwakilan Rakyat Hindia Belanda yang namanya “Volksraad” para anggota Indonesia protes, seperti Moh. Husni Thamrin yang bintangnya cemerlang, Soekardjo Wirjopranoto, Soangkupon mengeluarkan kritiknya yang pedas.

Lagu itu, selain dihapal oleh rakyat dan terutama oleh pemudanya juga direkam dalam piringan hitam, hanya saja tidak dengan “merdeka-merdeka”, melainkan “mulia-mulia”.

Karya dan hidup Soepratman selanjutnya

Selain sebagai wartawan Soepratman juga pengarang buku-buku cerita, seperti “Perawan Desa” (1929) yang boleh dikatakan suatu roman sosial dengan kritiknya terhadap keadaan sosial yang menyolok sekali antara si kaya dan si miskin. Zaman dulu orang mengenal orang-orang desa yang dipikat untuk bekerja di perkebunan di sekitar Deli Medan dengan segala daya tipu, dengan kontrak yang amat merugikan orang kecil. Roman sosial ini adalah hasil percakapannya dengan dan anjuran seorang wartawan terkenal Saeroen yang juga bekerja di Sin Po.