Halaman:Brosur Lagu Kebangsaan - Indonesia Raya.pdf/21

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

14

Tempat kerja dalam redaksi Sin Po mau tak mau membawa ia kepada lingkungan bergaul yang luas, terutama kalangan pergerakan, yang sering ia beritakan. Ia sudah dikenal sebagai “publicist Melayu” (lihat gambar kulit yang direproduksi dari tahun 1928 yang ditulisi "Publicist".)

Pergaulannya dengan pemimpin-pemimpin rakyat di kala itu menambah semangat kebangsaannya. Di antara pemimpin-pemimpin rakyat itu juga tidak sedikit para mahasiswa (dulu disebut pelajar) yang selagi duduk dibangku perguruan tinggi sudah memikirkan nasib rakyatnya. Soegondo (sekarang di Yogyakarta) Ketua Kongres Pemuda II dan Abdullah Sigit, Ketua Indonesische Clubgebouw amat rapat hubungannya. Sigit yang sekarang Prof. Drs. A. Sigit, Gurubesar di Yogyakarta, juga menjadi penanggung jawab majalah dari PPPI, “Indonesia Raya”.

Maka dalam pergaulan demikian rapatnya itu di samping tugasnya sebagai wartawan Sin Po, ia dapat leluasa bergerak di kalangan mahasiswa yang terutama tergabung dalam PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Hubungan yang demikian ini merupakan unsur positif bagi Soepratman untuk kemudian memperkenalkan lagu gubahannya, yang kini terkenal lagu kebangsaan "INDONESIA RAYA".

Tekad persatuan dan rintangan

Suara persatuan Indonesia makin keras diperdengarkan di kalangan pergerakan dan pemuda Indonesia. Ini membawa pemuda Indonesia kepada tingkat pemikiran dalam Kongres Pemuda I, 1926, di mana disetujui untuk mengatasi sifat, gerak dan nama kedaerahan, walaupun terpencar di beberapa pulau dan kota. Putusan Kongres Pemuda I yang berikrar kesatuan itu masih belum bisa diperinci dengan kongkrit.