11
Di waktu siang hari Soepratman banyak jalan jauh sampai di tepi pantai yang indah. Ia banyak melihat nelayan dengan perahu-perahunya kecil yang kalau mulai menjauh dari pantai turun naik diayunkan oleh ombak-ombak yang pucuknya putih.
Di musim hujan yang sering lebat iapun dapat mengambil nikmat dari padanya. Kalau air sedang menggenang, kodok-kodok di malam hari memperdengarkan lagunya yang terkenal sahut-sahutan yang menyerupai orkes alam yang tenang dan nyaman. Suara dari alam itu pun menarik bagi anak tadi.
Di Makasar ia dikenal teman-temannya dengan nama DOLLOK. Sampai pertengahan abad 20 ini di antara orang-orang tua yang pernah berkenalan dan bergaul dengan Soepratman masih ingat nama DOLLOK itu.
Sekolah dan pergaulannya
Sebagai sudah dituturkan di atas Soepratman masuk sekolah Belanda, tapi tidak lama. Sebab ia ketahuan, bahwa ia bukan anak Eldik kakak iparnya yang mempunyai pikiran untuk mencantumkan “Rudolf”. Akhirnya ia harus keluar. Ia masuk sekolah Melayu. Ia rajin belajar, hingga selalu naik kelas. Tahun 1917 ia menamatkan sekolahnya di Sekolah Melayu tersebut. Ia di waktu malam hari mengikuti kursus bahasa Belanda. Ikut ujian apa yang dulu dinamakan Klein Ambtenaars Examen (Ujian Pegawai Kecil). Ujian semacam itu hanyalah diperuntukkan bangsa Indonesia yang tahu bahasa Belanda dan hanya berkemungkinan menjadi pegawai kecil. Tidak ada orang Belanda yang mengikuti kursus semacam itu. Hasratnya akan maju tidak pemah padam. Soepratman masuk sekolah Nasional yang mendidik calon