— 22 —
dalem boekoe-boekoe, memang djoega tida lebih dari karangannja orang-orang jang pande menoelis, tjiptahannja achli-achli pengarang tjerita sadja!
Itoe sore Tan Kie Hou balik kombali ka iapoenja pergoeroean dengen pengrasahan jang teroes medongkol, hingga ia tida begitoe soeka banjak bitjara, malah di waktoe makan malem, djoega ia makan begitoe sedikit sekali. Itoe semoea keadaän tida terlepas dari perhatiannja iapoenja goeroe, jang bermata tadjem; tapi sabegitoe djaoeh ia tida menanjaken katerangan satoe apa.
Di Waktoe malem, sebagimana biasa ia mejakinken ilmoe pat-twan-kim dengen disaksiken oleh goeroenja, kamoedian ia mejakinken djoega ilmoe ie-kin keng jang baroe sadja bebrapa hari moelai diadjarin oleh goeroenja. Bagi orang-orang jang mengarti ilmoe silat, lantes sadja mengarti bahoea pat-twan-kim dan ie-kin keng semoeanja ada pokonja ilmoe silat; tapi pada iapoenja moerid, Tan Ko Wie selamanja tida mengasi taoe bahoea itoe gerakan badan boeat pokonja ilmoe kapandean silat, hanja bilang sadja boeat kasehatan badan. Oleh kerna itoe djoega, Tan Kie Hou jang belon taoe satoe apa prihal ilmoe silat, tida mengatahoei bahoea goeroenja telah mengadjarin ia poko-pokonja ilmoe kapandean silat. Sasoedanja mejakinken bebrapa gerakan ilmoe ie-kin-keng jang doeloean telah diadjarin, dan ternjata semoeanja soeda sampe baek dan tida ada kasalahannja, Tan Ko Wie tida mengadjarin lagi gerakan jang baroe sebagimana biasanja, hingga membikin sang moerid mendjadi heran. Tapi ia menoenggoe dengen tida berkata satoe apa. Tan Ko Wie mengawasin pada moeridnja sampe bebrapa sa'at lamanja dengen tida berkata satoe apa.
„Moeridkoe," kata ia achir-achir dengen mendadak,