Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/93

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

85

ini ke berbagai daerah, seperti yang pernah dijalani sendiri oleh KH. Ahmad Dahlan.

Perkawinan yang cukup lama antara Marakati dengan Yahya, suaminya, tidak dianugerahi anak. Pernah Ny. Driyowongso miskram, selanjutnya tidak mempunyai keturunan lagi. Apapun yang ditakdirkan Tuhan diterimanya dengan senang hati. Untuk menghibur kehidupan rumahtangganya, diambil tiga orang anak angkatnya yaitu:

  1. Muhammad Yasir, kemenakan pak Driyowongso berasal dari Pasuruhan
  2. Baitum (Ny. Driyosupadmo) tinggal di Dagen Yogyakarta berasal dari Bantul
  3. Sunyata kelahiran Patuk, Gunung Kidul yang kemudian diganti nama oleh pak Driyowongso seperti namanya sendiri Yahya

Mengenai nama Driyo yang dipergunakan oleh Driyowongso dan keturunannya, ada suatu cerita sebagai berikut. Leluhur Yahya (pak Driyowongso) pada zaman penjajahan Belanda ialah Ki Ebun Jolodriyo terkenal pemberani, ke mana pun Untung Suropati melawan Belanda di situ pulalah ia berada. Bahkan waktu Untung Suropati ditahan dalam penjara, Ki Ebun Jolodriyo juga bersama-sama dalam penjara tersebut.

Ki Ebun Jolodriyo mempunyai anak cukup banyak. Di antara anak laki-laki Ki Ebun itu pada suatu hari ada yang meninggalkan keluarganya untuk berjuang melawan Belanda sampai bertahun-tahun tidak pulang. Ki Ebun mengira anak laki-lakinya telah meninggal dunia. Berhubung Ki Ebun Jolodriyo masih memiliki harta benda, dan sadar bahwa dirinya sudah semakin tua, kemudian dibagi-bagilah harta bendanya itu kepada anak-anaknya, kecuali anak laki-lakinya yang telah meninggalkan rumah. Setelah anaknya pulang Ki Ebun Jolodriyo hanya berpesan bahwa anak keturunannya kelak mengambil namanya dengan sebutan Driyo, dan sejak itulah anak keturunannya memakai sebutan Driyo diambil dari nenek moyangnya bernama Ki Ebun Jolodriyo.