Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/85

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

77

kemudian mensponsori terselenggaranya Kongres Perempuan I di Yogyakarta.

Dalam kepanitiaan Kongres Perempuan Indonesia Pertama, Nyi Hajar Dewantoro berkedudukan sebagai anggota biasa, walau ia sendiri adalah salah satu pengambil inisiatif. Di dalam kongres Nyi Hajar mendapat kesempatan berpidato, yaitu pada 23 Desember dalam penyampaian pokok-pokok pikiran pada acara Pemandangan Umum, dengan judul "Adab Perempuan".

Setelah selesai kongres berdirilah badan permufakatan, Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI). Di dalam badan ini Nyi Hajar merupakan salah satu anggota pengurus dengan jabatan komisaris. Demikian juga dalam suatu team redaksi yang disusun sebagai suatu seksi publikasi Nyi Hajar menjadi anggota team redaksi.

Sementara itu pekerjaan sebagai guru pada Taman Siswa dijalani terus sampai Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar dan menutup kegiatan Sekolah-sekolah Taman Siswa. Dalam menghadapi tindakan pemerintah kolonial itu Ki Hajar dan Nyi Hajar mengadakan perlawanan yang gigih. Kalau Ki Hajar Dewantoro dan Ki Suwandi mengadakan kamp-anye-kampanye terbuka atas larangan Sekolah-sekolah liar di Jakarta dan Bogor, Nyi Hajar dan pemimpin Taman Siswa lain-nya di Yogyakarta mengadakan gerilya pendidikan. Di bawah arahan Nyi Hajar Guru-guru Taman Siswa mendatangi setiap rumah penduduk untuk mengajar murid-murid di rumah masingmasing. Apabila seorang guru ditangkap karena aksi itu, sukarelawan atau sukarelawati guru akan datang menggantikan tugas guru yang tertangkap. Dengan demikian murid pun belajar terus. Dengan aksi heroik itu Taman Siswa mendapat simpatik dari berbagai organisasi pergerakan. Berpuluh-puluh orang mendaftar sebagai sukarelawan dan sukarelawati guru yang siap mengganti-kan guru yang ditangkap, dengan konsekuensi siap pula untuk ditangkap. Gerilya pendidikan Nyi Hajar ini berslogan "Patah Tumbuh Hilang Berganti, Mati Satu Tumbuh Seribu".