Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/64

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

56

  1. Mengadakan perawatan untuk orang sakit di kampung-kampung

Langkah-langkah selanjutnya yaitu memperhatikan pendidikan anak-anak pada umumnya dan wanita pada khususnya. Hal ini disebabkan pendidikan dan pengajaran perlu untuk mempertinggi status sosial. Kecuali duduk sebagai ketua Wanita Katholik, R. Ay. Catharina Harjodiningrat juga menjadi ketua Komite Buruh Perempuan Indonesia yang bertujuan melindungi perlakuan buruk dari para pengusaha Jepang dan Cina terhadap buruh wanita Indonesia.

R. Ay. Catharina Harjodiningrat sangat peka pada ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak senang melihat kaumnya diperlakukan sewenang-wenang. Itulah sebabnya R. Ay. Catharina Harjodiningrat menentang perlakuan sewenang-wenang terhadap buruh wanita di Pabrik Cerutu Taru Martani dan Lasem. Ia menuntut agar kaum wanita diperlakukan secara wajar sesuai dengan kaum laki-laki.

Ternyata Wanita Katholik di bawah pimpinan R. Ay. Catharina Harjodiningrat dapat berkembang pesat. Pada tahun 1927 sudah mempunyai delapan cabang yaitu Yogyakarta, Solo, Klaten, Semarang, Magelang, Muntilan, Ganjuran, dan Surabaya. Bahkan menjelang Kongres Perempuan Indonesia I tahun 1928 jumlah cabangnya sudah menjadi 16 dengan 2000 orang anggota.

Pada 22 -- 25 Desember 1928 atas inisiatif tujuh organisasi perintis pergerakan wanita Indonesia yaitu Wanito Utomo, Wanita Taman Siswa, Putri Indonesia, Aisyiah, Jong Islamiten Bond Bagian Wanita, Wanita Katholik, Jong Java Bagian Wanita diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia I di Pendopo Joyodipuran Yogyakarta. Adapun pemrakarsa kongres yaitu R. Ay. Sukanto dari Wanito Utomo; Nyi Hajar Dewantoro dari Wanita Taman Siswa dan RA. Sujatin dari Putri Indonesia.

Maksud dan tujuan Kongres Perempuan Indonesia I ini yaitu:

  1. Supaya menjadi pertalian antara perkumpulan-perkumpulan wanita Indonesia.