Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/37

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

29

hayatnya Siti Munjiah tidak pernah berhenti dari perjuangan. Perjuangannya berhenti pada saat menderita sakit kanker payudara hingga akhir hayatnya. Walaupun penderitaan akibat sakit itu benar-benar tidak tertahankan lagi, namun sebagai seorang muslimah yang taat melaksanakan perintah Allah, Siti Munjiah masih sempat mengatakan bahwa dengan sakit itu dirasakan nikmat dari Allah. Kata-katanya itu disampaikan Bapak Dalhar kepada Haji Djarnawi Hadikusumo.

Penderitaan Siti Munjiah semakin hari semakin berat. Saat Siti Munjiah sakit di Tasikmalaya, di sana sedang diselenggarakan Konferensi Aisyiyah. Salah satu sahabat dekat Siti Munjiah yang aktif dalam organisasi Aisyiyah adalah Badiyah Dahlan. Setelah Badiyah Dahlan mendengar bahwa Siti Munjiah dalam keadaan kritis, maka konferensi segera dibubarkan. Sebagian dari peserta pulang menyempatkan diri menengok Siti Munjiah. Suatu keuntungan bagi mereka karena sampai di Yogyakarta masih sempat menunggui Siti Munjiah menghembuskan napas yang penghabisan. Siti Munjiah wafat tahun 1955, jenazahnya disemayamkan di pemakaman belakang mesjid besar Yogyakarta. Semangat juang Siti Munjiah telah menjiwai generasi penerusnya sehingga gerak langkah Aisyiyah semakin mekar dan berkembang luas di seluruh pelosok tanah air Indonesia.