16
Mocopat, Babad Tanah Jawa, Babad Gianti, tetapi juga Robinson Crusve, De Drie Musketiaers, Graaf de Moente Christo, Hang Tuah, cerita-cerita silat dan lain-lain. Walaupun dalam berpidato sering bercampur bahasa Jawa, tetapi Ny. Sukonto dapat menangkap makna setiap buku atau tulisan dalam kedua bahasa itu. Tentu saja hal ini dapat memperluas pandangannya.
Pada tahun 1954 Ny. Sukonto mendapat kehormatan untuk meletakkan batu pertama pembangunan Gedung Wanita di Yogyakarta. Upacara peletakan batu pertama tersebut dihadiri pula oleh adiknya yaitu Mr. Ali Sastroamijoyo yang pada waktu itu menjadi perdana menteri Republik Indonesia.
Pada tahun 1957 Ny. Sukonto menerima gravie Raden Ajeng Kartini” dari perak sebagai penghargaan kepadanya atas peranannya dalam pergerakan wanita. Penghargaan ini diberikan oleh Kowani dalam suatu upacara di Gedung Wanita Yogyakarta. Ketika menerima penghargaan itu ia menyatakan rasa gembira bercampur haru terkenang terhadap apa yang pernah dilakukan. Waktu itu dalam hatinya tidak terbayang sedikit pun apakah pekerjaan itu akan dihargai atau tidak. Menurut Ny. Sukonto pekerjaan itu sangat penting tetapi tidak ada yang sanggup mengerjakannya. Karena itu, Ny. Sukonto menyatakan bahwa dia sanggup mengerjakan dan ternyata semuanya dapat berhasil.
Kehidupan Ny. Sukonto telah memberi makna dalam perjuangan bangsa yaitu menggerakkan wanita Indonesia dari belenggu keterbelakangan menuju peningkatan kesadarannya sehingga kaum wanita semakin hari bertambah maju. Demikian juga keberhasilan hidupnya sebagai seorang ibu rumah tangga yang selalu menjadi pendamping suami melaksanakan pengabdiannya dalam bidang kedokteran. Nyonya Sukonto merasa ikhlas sebagian besar waktu suaminya tersita untuk pengabdian terhadap kemanusiaan.
Keberhasilan bimbingan seorang ibu rumah tangga yang baik adalah dapat tercapainya cita-cita putra-putrinya. Walaupun dalam kehidupannya banyak tantangan yang dialami tetapi