Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/20

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

12

yang baik itu. Mereka akan merasa puas apabila tantangannya itu berhasil. Kaum kolot tetap menganggap rendah kaumnya sendiri, dan merasa tidak perlu mengadakan gerakan-gerakan sebagaimana dimaksud oleh Ny. Sukonto dan kawan-kawannya.

Lontaran kritik kaum kolot terhadap niat yang dipelopori Ny. Sukonto dan teman-temannya itu antara lain mengatakan bahwa kaum isteri tidak perlu berkongres-kongresan. Kaum isteri hanyalah di dapur tempatnya. Kaum puteri tidak perlu memikirkan hal penghidupan, sebab hal itu kewajiban kaum laki-laki. Ada lagi yang mengatakan bahwa kaum isteri Indonesia belum matang, l1elum dapat berdamai dalam perkumpulan.

Di mana-mana kaum kolot melontarkan kata-kata tajam karena mereka tidak menyetujui ide kongres itu. Maka Ny. Sukonto dalam pidato pembukaan kongres secara tegas mengingatkan di hadapan para peserta bahwa orang yang ingin mencapai suatu tujuan tertentu harus berani membantah semua kritik. Untuk Itu Ny. Sukonto selalu mengajak kepada kaum puteri yang menghendaki kemajuan agar pekerjaan itu dilakukan dengan sepenuh kejujuran. Dalam ungkapannya dikatakan bahwa sudah saatnya kepentingan kaum puteri zaman kegelapan diangkat. Kaum isteri hendaklah jangan hanya dianggap baik buat di dapur saja. Pemikiran itu menurut Ny. Sukonto sudah usang. Kaum isteri hendaknya dapat mengikuti tuntutan zamannya. Sebab itu Ny. Sukonto berpendapat bahwa saat itu sudah tiba saatnya kaum isteri diangkat derajatnya, sehingga mereka tidak hanya terpaksa duduk di dapur saja. Dengan pengertian itu idaklah berarti bahwa kaum puteri Indonesia lalu melepaskan tugasnya dari dapur. Kecuali kaum puteri bertugas di dapur juga harus turut memikirkan apa yang menjadi perjuangan kaum lelaki. Kaum puteri hendaknya yakin bahwa orang laki-laki dan orang peremppuan itu harus secara bersama-sama di dalam pergaulan perikehidupan pada umumnya. Dalam hal ini ditegaskan oleh Ny. Sukonto bahwa hal itu tidaklah berarti perempuan menjadi laki-laki, akan tetapi perempuan tetap tinggal masih perempuan yang derajatnya sama