Halaman:Biografi tokoh kongres perempuan indonesia pertama.pdf/129

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

121

  1. RM. Prasiwo bekerja di Perusahaan PT. Indaje Bandung.
  2. R.Ay. Murdaningsih Subantyo, bekerja di Bank Bumi Daya Yogyakarta dan suaminya bekerja sebagai dosen di ATNAS Yogyakarta.
  3. RM. Piem Priharto bekerja di Komsos Keuskupan Agung Jakarta.

Dalam mendidik putera-puterinya R.Ay. Suryo Mursandi sangat disiplin. Semua putera-puterinya diberi kebebasan untuk memilih sekolahan yang disenanginya. Kepada anak-anaknya R.Ay. Suryo Mursandi bersikap sama. Semua anak-anaknya boleh dikatakan berhasil dalam kehidupannya dan patuh terhadap orang tua.

Pada 2 Mei 1965 suaminya yaitu RM. Suryo Mursandi meninggal di Jakarta dan dimakamkan di Pemakaman Kuncen Yogyakarta.

R.Ay. Suryo Mursandi setelah menikah tidak lagi menjadi guru. Suaminya RM. Suryo Mursandi melarang ia mengajar. Sebagai gantinya ia dianjurkan untuk memegang sebuah Asrama HIS Muntilan di Konvik III. Anjuran suaminya itu diterima dan sejak itu ia menjabat sebagai pimpinan asrama. Pada waktu itu di asrama yang dipimpinnya dihuni ± 70 orang siswa.

Di samping menjadi pimpinan asrama R.Ay. Suryo Mursandi juga aktif di organisasi kewanitaan yaitu Wanita Katholik. Dalam Wanita Katholik R.Ay. Suryo Mursandi menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kepentingan agama. Perlu diketahui bahwa Wanita Katholik didirikan pada 16 Juni 1927 di Yogyakarta atas prakarsa R.Ay. Maria Suyadi Darmosaputro. Pendirian organisasi Wanita Katholik ini didasarkan suatu cita-cita adanya wadah/organisasi untuk memperbaiki nasib dan kedudukan kaum buruh wanita Indonesia.. Hal ini disebabkan keadaan kaum buruh wanita di pabrik-pabrik pada waktu itu sangat menyedihkan. Upah buruh rendah, pergundikan merajalela dan anak-anak terlantar, terutama para buruh pabrik rokok Taru Martani di Yogyakarta.