Halaman:Aspek-aspek arkeologi Indonesia No. 7.pdf/6

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

KERAMIK LOKAL
PRASEJARAH

Pembuatan tembikar sudah ada pada tingkat mesolitik (masa berburu dan pengumpulan makanan tingkat sederhana) atau sub-neolotik. (lih. van Heekeren 1972)6)Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di pantai laut dan di tepi danau atau di dalam gua dan tempat perlindungan di bawah batu karang.

Pada Guwa Lawa di daerah Ponorogo (Jawa Tengah), tembikar berhiasan pola tali ditemukan pada tempat yang dalam, bersama sudip dan tulang. Menurut van Heekeren, sudip-sudip ini dipakai untuk mengupas umbi-umbian liar atau yang sudah ditanam dengan sengaja maupun akar-akaran. Ada pula ditemukan beberapa rangka manusia yang sudah rusak, tetapi satu-satunya bekal kubur adalah kalung yang terbuat dari kerang-kerang yang dilubangi masih melingkari leher kerangka seorang anak kecil. Rupa-rupanya pada masa itu periuk-periuk yang dibuat dengan tangan belum menjadi bekal kubur.

Pada masa itu alat-alat dapur masih terdiri dari daun-daunan yang dipakai sebagai piring atau untuk membungkus dan memasak makanan. Lagipula orang masih memakai mangkuk yang dibuat dari kerang atau batok kelapa. Wadah air dibuat dari bambu, labu atau mungkin juga dari kerang yang besar (seperti di Maluku dan di Hawaii). Ada kemajuan dalam pembuatan keramik lokal itu pada tingkat Neolitik (masa bercocok tanam) ketika manusia sudah menetap, di permukiman yang permanen dan sudah bertani dan beternak.

Di Kendeng Lembu, Jawa Timur, van Heekeren menemukan beberapa kapak batu yang sudah dipoles (digosok licin) dan sejumlah pecahan tembikar. Tetapi rupa-rupanya tempat ini bukan tempat permukiman karena tidak ada bekas-bekas kehidupan desa, melainkan bengkel pembuatan kapak yang masih kasar (papan).

Di Kalumpang, di hulu Sungai Karama. Sulawesi Tengah di pantai Barat Laut ditemukan 706 potong pecahan tembikar yang berwarna coklat dan tak berhiasan. Barang-barang itu ditemukan bersama beberapa kapak persegi panjang, kapak lonjong, ujung lembing, anak mata panah, pisau, beberapa kapak batu yang belum selesai dan ”papan”, sebatang alat pemukul untuk kulit kayu dan sebagainya. Salah satu pecahan tembikar itu berhiasan gambar orang yang distilir.

Pada masa perundagian (logam awal), ketika nama-nama beberapa tempat di Indonesia sudah muncul pada berita-berita asing sekitar awal tarekh Masehi, penggunaan benda tembikar sebagai bekal kubur sudah biasa. Van Heekeren meneliti beberapa tempayan tembikar yang ditemukan oleh pen--

2