Halaman ini tervalidasi
CATATAN
1). Orsoy de Flines : 1946 1947, 1948, 1949, 1972.
2). Abu Ridho : 1977, 1978.
3). Van Heekeren : 1958, 1974.
4). Soejono, 1977.
5). Beberapa keterangan juga diperoleh dari "Marlavans in Indonesia"publikasi Himpunan Keramik Indonesia.
6). Van Heekeren, The Stone Age in Indonesia, h. 151.
7). Van Heekeren, The Bronze-Iron Age in Indonesia, h. 80-89; Urn cemeteries.
8). Bernet Kempers, 1977, pl. 175, 176 (Mendut) pl. 179. Prambanan. pl.177.
9). Bernet Kempers, Ancient Indonesian art, pol. 248. Arca perujudan seorang ratu Majapahit. Dari Candi Rimbi.
10). Kami bertanya; apakah abu jenazah raja dan ratu disimpan di dalam martavan atau pot-pot keramik asing yang lain seperti sisa-sisa badan para kepala suku di Kalimantan atau para raja di Sulawesi sebelum menjadi Islam. Soekmono dalam disertasinya "Candi. Fungsi dan Pengertiannya" (1976) berpendapat bahwa abu jenazah dilempar ke laut seperti di Bali, tetapi kami pernah melihat guci-guci abu jenazah para raja Kamboja di dalam istana raja di Phnom Penh. Maka timbullah pertanyaan pada kami apakah kebiasaan begitu ada juga pada raja-raja Majapahit? Jika begitu kita dapat mengerti mengapa arca perujudan raja di Masa Majapahit diapit oleh dua martavan. Mungkin abu jenazah disimpan di dalam guci (seperti di Sulawesi) jadi tidak di dalam kuil sehingga tidak ada abu manusia di dalam kotak berlubang sambilan yang ada di dalam sumur di bawah arca.
11). Uka Tjandrasasmita,: The Islamic antiquities of Sendangduwur h. 10. Tetapi mastaka di Senangduwur terbuat dan tembaga.
12). Mme Viviane Sukanda-Tessier ( 1977) h. 1128:Le triomphe de Sri en pays soundanais.
13). De Flines (1949) p. 37-3 8 : S. Adyatman. (1977 )
14). Abu Ridho (1977) , pl. 88.; Berita Penelitian Purbakala no. l (Demak) g. 122
15). Bernet Kempers, ( 1959 ), pl. 282.
16). De Flines (1950), h. 12. Adanya porselen yang halus di Bone menimbulkan kesan, bahwa Bone pernah menjadi pusat yang terpenting di selu-
20