Biara-biara Sriwijaya pasti tidak banyak bedanya dengan pondok pesantren di Sumatra Utara itu. Lagipula para penghuninya pasti tidak akan meninggalkan sisa-sisa kehidupan, karena alat-alat mereka terbuat dari bahan-bahan yang lekas musnah. Begitu pula keadaan ”kota” yang letaknya di tepi atau malah di atas sungai Musi. Penduduk hidup dengan cara yang sama seperti penduduk Sungsang sekarang, ialah sebuah desa di Muara Sungai Musi, 90 km dari kota Palembang, yang kami kunjungi pada bulan Juli tahun 1978. Rumah-rumah penduduk dibangun di atas sungai dan di tepinya.
C . JAWA TENGAH SEBELAH TIMUR LAUT
Orsoy de Flines pernah menulis sebuah laporan di Oudhcidkundig Verslag 1941 — 1947 mengenai suatu survai yang dilakukannya pada tahun 1940 pada beberapa tempat di Jawa Tengah sebelah Timurlaut. Daerah-daerah yang disurvai itu meliputi kabupaten Blora, Rembang, Pati, Jepara, Kudus dan Grobogan. Ada suatu permintaan khusus dari W.F. Stutterheim, yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Dinas Purbakala agar dilakukan penelitian tanah sekitar suatu daerah yang menurut dongengan rakyat setempat pernah menjadi wilayah keraton Mendang Kamulan (Medang), di sebelah timur Grobogan. Hasil-hasil survai ini ternyata negatif: karena apa yang ditemukan hanya terdiri dari beberapa pecahan keramik dari abad ke 9 sampai abad ke 10. Yang mengejutkan adalah kenyataannya bahwa banyak sekali pecahan porselen ditemukan di hutan jati di dekatnya yang berasal dari akhir abad ke 8 sampai ke 11.
12