Lompat ke isi

Halaman:Aspek-aspek arkeologi Indonesia No. 7.pdf/14

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

on yang terdiri dari dewa-dewa yang mereka sembahi dan malah panggil sebagai saksi bila ada pengangkatan sumpah. Para raja di Sulawesi Selatan masuk Islam agak lambat (awal abad ke 17) bila dibandingkan dengan raja-raja di pulau-pulau lain di Indonesia. Seperti dikatakan di atas masih ada pembakaran jenazah pada awal abad ke 17. Kelaziman membakar jenazah mungkin dipengaruhi orang Hindu atau Buddha dari Bali atau dari orang Cina yang menetap di Sulawesi.

Terdapatnya begitu banyak benda dan pecahan keramik, menunjukkan bahwa ada perdagangan yang intensif dengan orang Cina atau dengan negeri Cina, yang mungkin dilakukan oleh orang Bugis sendiri. Karena Sulawesi Selatan ada di pertengahan jalan antara pulau-pulau di Indonesia penghasil rempah-rempah dan kayu-kayuan wangi dan Cina (liwat Philipina) maka kita dapat menduga bahwa sejak dahulukala sudah ada banda-bandar yang ramai. Meskipun rakyat setempat tak membaca atau menulis Sansekerta, tetapi mereka beruntung karena memiliki abyad sendiri yang mereka pakai untuk berniaga dan untuk catatan politik dan administrasi.

Tetapi yang masih masalah ialah : seandainya ada perdagangan yang ramai itu, apakah sudah ada sebutan tentang tempat-tempat di Sulawesi Selatan dalam berita-berita Cina? Hal ini masih perlu diteliti.

B. PELEMBANG DAN RIAU

Meskipun Palembang dan Riau merupakan dua daerah yang terpisah, tetapi karena kedua daerah itu banyak dihubungkan dengan sejarah Sriwijaya kami menggabungnya menjadi satu.

G. Coedes23) adalah sarjana yang pertama kali mengidentifikasikan Pa lembang sebagai situs ibukota Sriwijaya pada abad ke 7 karena banyak prasasti telah ditemukan pada daerah itu. Meskipun banyak sarjana asing menerima pandangan ini (Krom24), De Casparis, Wolters) ada pula beberapa sarjana lain yang menempatkan pusat Sriwijaya itu pada tempat yang lain. Moens 25) ) mencarinya di Muara Takus, Riau, karena ia menunjuk kepada keterangan I-tsing ialah: "bahwa di kota Sriwijaya seorang manusia tidak ada bayangan pada jam 12 siang". Artinya tempat itu ada di khatulistiwa dan Muara Takus memang letaknya paling dekat ialah 0.20 Lintang Utara. Roland Braddell 26) mencari Sriwijaya di Semenanjung Melayu, sedangkan M.C. Chand 27) menempatkannya di Muang Thai Selatan, sekitar Chaiya.

Pada tahun 1974 sebuah team yang terdiri dari tiga orang arkeolog Indonesia dan tiga orang dari Universitas Pennsyivania (A.S) termasuk B. Bronson telah melakukan suatu ekskavasi yang sistematis pada beberapa tempat di Palembang. Mereka mengharapkan akan menemukan bekas-bekas

10