Lompat ke isi

Halaman:Apakah Batjaan Tjabul.pdf/82

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

80

ia sebagai manusia biasa mudah terseret didalam aliran arus masjarakat dimana kita hidup.

Terdakwa I.S. berikan pembelaannja penuh humor dan contradictio. Ia akui kesalahannja, tapi lalu ia menjatakan sebagai seniman mempunjai pandangan sendiri jang chusus dapat dimengerti oleh seniman, tapi tak dimengerti oleh umum, terutama jang bukan seniman. Ia gambarkan dunia ini sebagai sandiwara, tapi pandangannja ini mungkin tak dapat disetudjui oleh orang lain. Demikian djuga mengenai pandangan tjabul dan tidak tjabul, sampai dimana batas norma2 tjabul antara seniman dan orang jang bukan seniman ada perbedaannja. Iapun tekankan bahwa ia hidup dalam masjarakat seperti jang kita miliki ini dan masjarakat ini mengakibatkan ia melukiskan apa jang sekarang djadi perkara. Ia djadi hanja terseret oleh arus masjarakat disekitarnja. Selain itu terdakwa menjatakan herannja kenapa ia jang hanja menggambar sadja dituntut sedang penulisnja dan sipembuat klise serta toko2 buku jang mendjual buku2 jang dinamakan tjabul kok tidak dituntut ?

Seterusnja terdakwa namakan dirinja adalah korban pertama dari persoalan tsb., tapi ia andjurkan supaja jang berwadjib djuga ambil tindakan terhadap madjalah2 dari luar kota dan agar film2 jang sudah mempertontonkan gambar2 jang dapat ditjap melanggar susila djuga diawasi dengan betul dan diberantasnja.

Repliek Djaksa.

Djaksa mendapat kesempatan dari Hakim memberikan keterangannja lagi. Dalam replieknja Djaksa menerangkan bahwa para terdakwa hendaknja tidak pandang dirinja sebagai letikan api atau buih didalam masjarakat, bukan pula benda, tapi mereka adalah individu, pribadi dan seniman. Makanja djanganlah hendak mengelakkan pertanggungan djawab.

Mengenai penulis, penjiar buku2 tjabul dsb.nja dikatakan oleh Djaksa bahwa selangkah lagi mereka ini djuga akan masuk pendjara.