Halaman:Apakah Batjaan Tjabul.pdf/39

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

39

Nietzsche, tetapi dalam utjapan itu memang terkandung inti kebenaran.

Dalam dalil 2 bagian II Saudara Takdir mengatakan, bahwa jang menentukan ketjabulan adalah dua faktor, jaitu etiket orang jang mentjiptakannja dan etiket orang jang membatja atau melihatnja. Menurut hemat saja disini adalah lebih tepat mengatakan motif orang jang mentjiptakannja, karena etiket itu —— seperti Saudara Takdir sendiri akui—— adalah relatif dan terikat pada tempat dan waktu jang tertentu. Lain halnja dengan pengertian jang terkandung dalam perkataan motif, satu2nja ukuran jang tidak tergantung pada tempat dan waktu. Dengan sebuah tjontoh hendak saja djelaskan apa jang saja maksud: Memang menurut etiket jang berlaku dikalangan modern di Djakarta pada waktu ini, berdansa tidaklah tjabul, baik menurut etiket jang berdansa, maupun menurut etiket dari orang2 jang menontonnja dari kalangan itu. Bahkan bagi sebahagian orang berdansa adalah inhaerent dengan progressiviteit atau alat untuk melantjarkan pergaulan seperti main bridge dan ,,gezelschapsspel" jang lain. Tetapi djika si pemuda berdansa dengan si pemudi dengan motif jang mesum, mereka adalah berbuat tjabul, sekalipun menurut etiket jang berlaku berdansa tidak tjabul ; sekalipun dimata penonton mereka berdansa sebagai dua malaikat jang sopan. Djadi jang menentukan sifat ketjabulan itu, bagi saja, adalah terutama motif jang mendorong orang jang melakukannja dan kemudian arti jang diberikan padanja oleh orang jang melihatnja atau mendengarnja.

Disini terletak perbedaan jang hakiki antara pornografi dengan seni. Bahasa pornografi bisa mirip pada bahasa sastera, tetapi motifnja jang tidak dapat disembunjikannja, hanjalah mengobarkan hawa nafsu. Sedangkan seni adalah essensi kehidupan jang lebih luas dan jang memberikan kebebasan rochaniah, lahir dari ilham jang sutji-murni.

Dalam bagian I dalil 6 Saudara Takdir menjinggung perseregangan antara nilai2 etik jang dihasilkan oleh penjelidikan ilmu djiwa, ilmu masjarakat dan ilmu kebudajaan dengan nilai2 etik agama. Saja dapat tambahkan, bahwa dalam Kitab Indjil,