Halaman:Apakah Batjaan Tjabul.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

32

dibatjanja dan telah merasa, bahwa itulah hakikat kebenaran, lalu berkata: „Ah, itu tjuma agama!”

Kaum agama jang demikian kian lama kian kuranglah pengikutnja. Orang jang berfikir kian lama kian banjaklah pengikutnja orang bodoh².

Dan psycholoog dan filosoof jang demikian, adalah duduk dalam „istana gading dipuntjak bukit”, dapat menghitung segala jang kedjadian dihadapan matanja, tetapi tidak dapat berbuat apa². Dia mendjadi serba ragu karena ilmunja.

Maka akan berbahagialah kita djika keduanja djangan bersimpang djalan sebagai sekarang. Jang satu menudju kelembah kedjahilan dan jang satu mendaki bukit menudju istana gading! Melainkan bertemu! Agama dipikirkan dengan ilmu dan ilmu diberi djiwa dengan agama.

Saja djuga menampak perobahan struktur masjarakat, sebagaimana dikatakan Saudara Takdir tadi, dari susunan desa kekota, dari susunan lama kepada jang baru. Tetapi ada satu hal jang harus kita tilik pula, jaitu bahwa kita di Indonesia mempunjai beban jang sepuluh kali lebih berat daripada Eropah. Apa jang kita lihat sekarang, adalah udjung daripada jang telah berlaku 300 atau 500 tahun jang lalu. Ini jang lebih berat. Djadi apakah kerdja kita? Kita jang bertanggung djawab, kita jang mendirikan negara, apakah kita akan melihat sadja air itu lalu? Djadi mesti begini, mesti begini, sebab ini sudah begini! Apakah kita mesti ikut sadja kemana kita akan dialirkannja? Sedangkan kita jang bertanggung djawab?

Saudara², kita sebagai manusia jang mempunjai pribadi, tidak boleh hanja menurutkan aliran kehendak sedjarah, tetapi wadjib berusaha menggalikan bandarannja dengan baik dan menjalurkannja.

Buku² dan madjalah² tjabul, menurut adat lama pusaka usang kita, menurut adat istiadat dikampung halaman kita dan seluruh