Halaman:Apakah Batjaan Tjabul.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

28

terbuka sadja bahu sedikit atau betis sedikit, sudah „menjalah”. Sebab kehidupan kota adalah individualisme, dan kehidupan desa adalah „sehina-semalu”.

Apakah jang dikatakan buku, madjalah atau tulisan tjabul?

Kalau jang dikatakan tjabul itu adalah senda-gurau tjinta jang terang-terangan, sexologi jang terang-terangan, maka buku² nenek mojang kita seperti buku Asmaragama sebagai suatu buku dari keagamaan Hindu jang dipandang sutji, Hikajat-hikajat Melaju Lama dan Djawa Lama, bahkan dalam peladjaran Djawa Kuno di S.M.A., terdapat kalimat² jang terang-terangan tjabul, sampai waktu membitjarakan tentang kata² jang demikian itu ada jang tidak tahan dan dia lalu keluar sadja.

Oleh sebab itu, apakah kita pada malam ini hendak membitjarakan soal definisi tjabul? Sampai menggalinja keurat akarnja, sehingga habis tidak bertemu lagi? Atau adakah kita sekarang ini hendak mengadji masjarakat jang tengah terombang-ambing, terutama masjarakat pemuda kita dan anak-anak kita, anak saja dan anak Tuan? Jang kedua, apakah kita sekarang akan mengadji usaha membanteras butahuruf dikampung dan desa, dimana didjaman pendjadjah dulu baru 7½ % dari penduduk jang dapat membatja, dan setelah butahuruf itu dapat dibasmi, hanja buku² dan madjalah jang menimbulkan nafsu sjahwat jang dapat mereka batja?

Disini saja mulai sedikit menjatakan hal jang berlainan daripada pendapat Saudara Sutan Takdir. Didalam stellingnja beliau, djuga didalam perkataannja tadi, beliau mengatakan, bahwa dengan tersiarnja buku² atau madjalah² tjabul itu, masjarakat belum tentu mendjadi tjabul. Beliau mengemukakan alasan² seperti keadaan di Paris dan lain². Tetapi satu hal, ialah tentang anak² tidak dikatakannja. Murid² kita, anak² kita dan pemuda² kita rusak, Saudara-saudara! Tidak usah ditanjakan kepada seorang psycholoog atau kepada dokter², tetapi tanjakan sadja kepada guru², bagaimana kemunduran pendidikan dan hasil-hasil udjian anak² kita. Tanjakanlah betapa banjaknja pemuda-pemudi jang sedang dalam usia pantjaroba jang terlantar peladjarannja, djatuh udjian dan eksamennja, lalai