Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Penampakan di hadapannya. Dia bicara terbata-bata, “Ini..., ini fatamorgana, ya?”

“Kamu kira aku mata air di gurun pasir apa?” Evita membentak saking bahagianya bisa mendengar candaan Bagas lagi.

“Kamu Evita atau Evita-Evitaan?”

“Evita beneran! Udah insaf! Mau menari lagi! Berhenti jadi anak kesetanan bimbel!” Semburan kata-kata menghunjam hati Bagas seperti peluru, tetapi rasanya menyenangkan. Evita menghampiri Bagas sambil menahan tangisnya. Layaknya anak kecil yang polos, ia merengek.

“Kangen...”

“Sini-sini,” Bagas segera membuka kedua belah tangannya dan bersiap memeluk. Tetapi Evita bergerak mundur, “Apa?”

“Mau dipeluk, kan?”

“Kenapa?”

“Katanya kangen?”

“Percuma, Kamu nggak kangen, kan? Cuma butuh Evita Supaya klub tari ada cewek cerewet yang hobinya ngomongin singkong keju tiap kali mau tampil.”

“Kalau kamu nggak pernah mengukir istilah penonton Singkong keju, hari ini kita nggak dapet piala, tahu.”

“Tuh, kan.”

“Kamu kenapa, sih, Vit? Jelas bukan cuma gitulah. Kamu penting buat kita semua. Kalau nggak ada kamu, klub tari jadi garing, nggak ada yang selalu bersemangat, selalu sungguh-sungguh dan bikin kita semua ketularan cinta mati sama Indonesia. Kamu bagian permanen dari klub tari kita, begitu nggak ada, langsung berantakan. Sebagian kecil dari diri kamu bisa memotivasi kita, walaupun kita semua tetap kangen, terutama aku?”

Evita tak bergeming di tempatnya, semeter dari tempat Bagas berpijak. Dia mengatupkan mulut karena terasa sekali hampir menyeploskan perasaan terdalamnya. Tentang

11