Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/17

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

penuh pertahanan dan penyangkalan. Ia tahu dari sorot mata Evita yang binarnya beda dengan saat ia menceritakan hasil latihan tarinya. Binar tulus yang dulu terpancar dan sekarang Bagas rindukan.

Setelah Evita hilang, Bagas masuk ke dalam dan bertanya kepada adik-adik kelasnya, “Tadi Evita ke sini, ya?”

“Iya, Kak, gerakan kita dibetut-betulin, diberitahu caranya supaya gerakan bagus, terus pergi.”

Desah nafas terdengar. Bagas tahu, Evita masih mencintai dunia tari. Pasti ada sesuatu di balik ini yang mencengkeram Evita hingga ia tak berani menuntut cita-Citanya lebih jauh. Bagas harus mencari tahu dan menumpasnya, seperti menumpas jamur sampai ke akarnya.

Bagas mengeruk info dari anak-anak IPA itu. Ketika memastikan Evita tak ada, ia menerobos masuk di jam istirahat dan ia mewawancarai mereka.

“Eh, memangnya kalian sesibuk itu ya? Sampai keluar klub?”

Beberapa menjawab, “Lumayan sibuk.”

“Tujuan kalian apa sih?”

“Ya kuliah yang benar, dapat pekerjaan bagus, terus mapan deh.”

“Udah, gitu doang?”

“Ya itu saya, nggak tahu yang lain.”

Rata-rata jawaban mereka agak mirip. Tetapi bagi Bagas, mereka memang terlihat baik-baik saja hidup seperti itu, sesuai jalur tradisional modern, dan mereka bukan tipe Orang yang punya cita-cita nyeleneh seperti Evita. Evita tiga bulan latu.

“Ngomong-ngomong Evita doyan belajar nggak sih Sebetulnya?”

“Nggak tahu.”

Salah satu anak menambahkan, “Dia kelihatannya berusaha keras sih, soalnya waktu kelas sebelas kan nilainya lumayan anjlok.”

5