Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

terseok-seok, kembali ke kelasnya di bagian depan gedung sekolah.

Klub tari terasa lebih sepi dari tahun lalu. Tidak banyak anak-anak kelas sepuluh yang masuk. Alhasil mereka cuma bersepuluh saja.

Bagas, sebagai senior, tampak paling rajin dan serius. Ia dijadikan pengganti pelatih kalau pembimbing mereka terlambat. Tetapi pengganti khusus untuk kaum perempuan belum ditemukan, karena tidak ada yang lebih bagus dari Evita.

Alhasil, Bagas melatih semuanya, laki-laki dan perempuan. Memang lelah dan butuh ketelatenan tersendiri karena tidak semua orang di klub benar-benar sadar ritme, sadar gerakan, bisa bergerak gemulai atau sangat tegas, dan Bagas memang perfeksionis.

Di suatu siang, Bagas menunggu pembimbing mereka sambil memperbaiki gerakan-gerakan adik-adik kelasnya, Kemudian ia meninggalkan mereka sebentar karena baru ingat harus memulangkan buku temannya. Ia berkeliling selama 10 menit mencari temannya, dan sesudah bertemu, mereka bercanda tak karuan dalam hitungan 300 detik.

la cepat-cepat balik ke ruang klub. Betapa terkejutnya Bagas waktu melihat Evita melenggang ke luar melewati pintu ruang klub dengan santai. Otomatis ia memanggil,

“Evita?”

Evita menengok dan tersenyum samar. “Hei.”

Bagas yang tak pernah dipanggil ‘hei’ refleks menimpali, “Namaku Bagas, bukan hei.” Lagi, senyum Evita seperti tertahan di dalam. Bagas lantas mengajaknya berlatih lagi

“Nggak bisa, aku harus bimbel.”

“Bimbel?”

“Ya, buat ujian nasional.”

“Dulu kamu menghujat bimbel, Vit.”

“Sekarang nggak. Boleh kan orang berubah"

Bagas tak dapat berkata-kata. Evita tampak berkobar,

4