Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/15

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

susah-susah menjadi seperti yang diminta masa.

la begitu kecewa, Evita yang ia anggap sebagai partner terbaiknya, pergi hanya karena panggilan masyarakat luas untuk berkamuflase sebagai bunglon, tidak menyala indah dalam kepribadiannya sendiri, dan Bagas punya alasan lain kenapa hatinya sekarang terasa hampa.

Bagas mengitari koridor dan sesekali mengintip kedalam salah satu kelas jurusan IPA yang dihuni Evita. Diperhatikannya Evita tertawa, tampak normal berhiaskan senyumnya yang menggoda, dan seakan lupa pernah menjadi anggota klub tari tradisional.

Sekilas Bagas melamun. la juga dianggap orang aneh oleh teman-teman sekelasnya. Aneh karena laki-laki mau ikut klub tari. Tradisional pula. Tapi setiap kali klub mereka manggung di pentas seni, toh semua orang mengakui tariannya memukau. Dia tetap tampak sangat maskulin karena sifat dasarnya memang demikian. Dan tarian tradisional, misalnya yang terlihat pada pertunjukan wayang Orang, tidak membuat laki-laki tampak lemah, justru sebaliknya.

“Bagas?”

Sekonyong-konyong Evita muncul di depan pintu kelas. Bagas mengerjap. Dia begitu merindukan sosok yang satu itu.

“Lagi ngapain?” Sahut Evita agak dingin.

“Lagi lewat,” Bagas tak punya jawaban lain. “Kenapa keluar kelas? Kan lagi pelajaran.”

“Mau ke belakang.”

“Ya masuk lagi ke kelas dong, kan ke belakang bergerak mundur,” Bagas bercanda. Itu guyonan khas mereka kalau sedang suntuk di klub.

Aneh, kali ini Evita tak tertawa. Cuma tersenyum miris. "Udah ah, aku buru-buru nih.”

Lagi, Evita bergegas meninggalkan Bagas. Jiwa Bagas seperti terbang melayang entah kemana, dan ia berjalan

3