Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 3.pdf/39

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
Piagam Sukabumi, 1690 Saka. Desa Sukabumi, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

jan lebat. Jalan kecil yang mula-mula baik kini telah menjadi becek dan licin dan di sana sini telah berubah menjadi "danau kecil". Perjalanan menjadi sukar, hampir semuanya kami jatuh bangun, basah kuyup, meskipun memakai jas hujan, dan dihinggapi oleh pacet. Perjalanan kembali ini terpaksa lebih dari setengah jam lebih lama dari perjalanan semula.

Setiba di Liwa sudah tidak ada lagi kendaraan yang akan membawa kami kembali ke Banding, sehingga terpaksa menginap di Pesanggrahan Liwa. Untung bagi kami Tuan Nasir demikian baik hati untuk meminjami kami masing-masing satu pasang pakaian bersih; kalau tidak demikian tentulah kami akan kedinginan dalam pakaian yang basah kuyup (Liwa terletak 900 m di atas permukaan laut).

Kamis, 11 Maret 1954

Kira-kira jam 11. 30 baru ada bus yang dapat membawa kami kembali ke Banding. Agak kebetulan juga, karena dengan demikian kami dapat menjemur pakaian kami. Maksud untuk pergi ke Krui atau Kenali terpaksa tak dapat kami laksanakan karena waktu tidak ada lagi, kendaraan pun tidak ada yang akan membawa kami kesana.

Apa yang menarik perhatian kami sejak kemarin ialah sebuah tempat yang bernama Gunung Aji, di tepi Danau Ranau. Nama itu sangat menarik perhatian, lebih-lebih waktu teringat kami akan letak Jepara dan peninggalan-peninggalan yang terdapat di situ. Timbullah dugaan bahwa di daerah Ranau itu mungkin masih lebih banyak lagi peninggalan kuno yang tersembunyi belum diketahui. Menarik perhatian pula ialah perahu-perahu dari batang kayu yang bercadik (outrigger) yang dipergunakan orang di Danau Ranau dan juga di sungai di daerah sekitarnya. Adakah itu masih merupakan "survival" dari zaman prasejarah Teringat kami akan karangan von Koningswald dalam Südseestudien, yang menyatakan bahwa daerah Krui merupakan titik mula persebaran anasir-anasir kebudayaan ke Lautan Teduh. Perahu-perahu yang bagaimanakah yang dipergunakan oleh nenek moyang kita itu? Perahu bercadik yang seperti itukah? Yang perlu juga rasanya dicatat di sini ialah bahwa banyak penduduk di daerah itu yang masih jelas menunjukkan type Mongolia.

34