dapat dikenal kembali. Kemudian lajur lebar dengan suatu barisan burung terbang yang berparuh panjang. Lajur berikutnya dihiasi gambar-gambar pemburuan. Harimau-harimau mengintai menjangan dan sebaliknya orang memegang panah dan busur memburu harimau-harimau itu. Orang lain memburu menjangan memakai tongkat yang berlaso yang dilemparkan ke atas kepala menjangan. Cara memburu menjangan yang demikian itu masih kami kenali di Sulawesi Selatan. Bedanya ialah orang di situ selalu memburu dengan menunggang kuda sedangkan pada nekara ini terlihat orang-orangnya berjalan kaki. Gambar-gambar harimau yang terdapat begitu jauh di sebelah timur Nusantara menunjukkan pengaruh-pengaruh asing, mungkin pengaruh Tionghoa, karena binatang buas itu tidak ada di situ. Kemudian pada bidang pemukul masih ada lajur dengan meander serong dan akhirnya tiga lajur sempit dengan pola tangga dan lingkaran-lingkaran kecil sepusat. Di lajur keempat yang tak terhias dahulunya terdapat empat katak yang plastis, tetapi tiga di antaranya telah hilang.
Juga tentang badan nekaranya, masih dapat diceritakan meskipun banyak bagian-bagiannya yang hilang. Kecuali lajur-lajur sempit dengan hiasan-hiasan geometris seperti biasa, kita melihat di bagian atas harimau-harimau yang memburu menjangan. Kemudian barangkali ada enam perahu arwah yang berbentuk bulan sabit dengan penumpangnya terlukis di situ. Museum di Zurich mempunyai beberapa potong nekara yang berlukisan perahu yang berbentuk bulan sabit yang demikian itu. Haluan perahu berujung kepala burung yang distilir, buritan perahu berujung ekor burung. Kecuali pengemudi dan seorang di haluan serta beberapa anak buah kapal di bagian tengah kapal, maka orang-orang lain telah berganti rupa sampai menjadi pola bulu burung dan pola mata. Di belakang, di depan, dan di bawah perahu-perahu itu ada lukisan-ukisan ikan dan orang. Nekara Kur yang kedua telah sangat rusaknya sehingga sukar dikenal kembali hiasannya. Karena itu kami hendak mengakhiri karangan ini dengan mengeluarkan sepatah dua patah kata tentang nekara yang sangat besar dari Salayar, yang masih dipuja penduduk dan dipelihara oleh mereka dengan baik. Nekara itu tidak hanya nekara yang terbesar di Indonesia, kecuali nekara Pejeng, tetapi juga salah satu dari nekara-nekara yang terindah. Kecuali hiasan-hiasan biasa, ada pula di badan nekara itu lukisan-lukisan yang tak terdapat pada nekara-nekara lain, ialah: gajah, burung di pohon, pohon kepala, dan merak. Di sini pun jalannya hewan-hewan itu dari kiri ke kanan. Nekara itu tak begitu mungkin dibuat di Salayar tetapi tempat asalnya akan tinggal rahasia untuk selama-amanya.
Perbendaharaan-perbendaharaan seni dari zaman Jawa-Hindu selalu mendapat pusat perhatian ilmu pengetahuan. Tetapi perhatian untuk kebudayaan Dongson kini sedang tumbuh. Nekara-nekara ialah salah satu dari anasir-anasir yang penting juga.
53