Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 2.pdf/46

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dari bangunan sucinya? Kita tidak tahu. Tetapi dengan demikian kita tertumbuk kepada keistimewaan yang kedua dari candi itu, ialah patung Ganeça, yang sudah sering disebut itu, yang duduk di atas sebuah yoni tersendiri di belakang dinding candi. Dengan segera terdapat kesan bahwa patung dan yoni itu terlalu kecil bagi bidang penempatannya. Dan tentu saja yoni itu sendiri yang bagi para ahli purbakala merupakan sebuah teka-teki, sebab sebuah yoni menunjukkan bahwa patung yang ada di atasnya biasanya di basuh dengan air suci. Kemudian air yang mengalir melalui pancuran yoni itu ditampung dan bagikan kepada orang-orang pemuja. Maka dari itu pada tiap candi agama Siwa arca induknya berdiri di atas lapik yang bercerat. Tetapi di Jawa belum pernah ditemukan patung-patung perwara yang menunjukkan cara pemujaan semacam itu. Pun tidak dalam candi-candi yang besar, yang patung-patung perwaranya mendapat bilik tersendiri. Tetapi mengapakah demikian halnya dengan patung Ganeça itu? Sebuah dugaan mendekatkan kita kepada arti dewa yang berbentuk gajah itu. Bukankah Ganeça itu dewa yang mengatasi segala rintangan? Dan seperti kita lihat di Jimbe dan Karangkates di Jawa Timur ada kalanya Ganeça itu ditaruh di dekat tempat penyeberangan sebuah sungai, ialah Kali Blotang, yang mengalir di sebelah Timurnya kedalam sebuah jurang yang dalam dan curam tebing-tebingnya. Barangkali disini dahulu terbentang sebuah jalan yang melalui berbagai bangunan suci. Tidakkah mungkin bahwa di tempat itu mula-mula terdapat patung Ganeça atau punden-Ganeça yang kemudian di angkat menjadi sebuah punden-lingga? Bagi mereka yang menjadi pemuja Ganeça maka dengan cara yang tidak biasa itu masih tetap ada kesempatan untuk melakukan pemujaannya. Hal itu masih hanya merupakan dugaan yang sangat lemah dasarnya. Sebab di mana-mana tidak ada kita kenal keadaan semacam itu, meskipun kita tidak ada kita akan heran apabila Candi Kalasan telah mengalami perubahan semacam itu juga. Barangkali punden-Tara yang mula-mula itu lalu diperluas menjadi punden-Buda pada waktu perombakan yang pertama kali, dan arca Tara itu mendapat tempat di atas pintu-pintu masuk bilik-bilik samping tempat gambarnya masih terdapat. Tetapi ini juga dugaan dengan tiada dasar yang lain kecuali anggapan bahwa punden yang besar itu tentulah didirikan dan diperindah untuk dewa yang terpenting, dan angan-angan para ahli purbakala dan ahli sejarah yang ingin menggambarkan masa yang silam hidup kembali.

Juga puncaknya ternyata mempunyai masalahnya sendiri, sesuatu yang tidak terdapat pada candi-candi lain. Pada umumnya tempat-tempat suci agama Buda diberi bermahkota yang berbentuk stupa, sedangkan candi-candi yang lain mempergunakan bentuk ratna. Demikianlah Candi Gebang sebagai puncaknya memperlihatkan lingga yang ditempatkan di atas bantalan seroja. Tidak lingga seluruhnya tetapi hanya bagian atasnya saja yang berbentuk silinder yang dapat nyata dengan jelas pada gambar yang terlukis padanya. Maksud lingga ini tidak terang benar. Tidak sebuah candi lain pun yang dapat memberikan ketketerangan lebih lanjut tentang hal itu, karena tidak ada terdapat cara memberi mahkota semacam itu di mana pun. Adakah dengan itu candi seluruhnya dijadikan lambang Çiwa? Perlukan membuat lingga itu sekali lagi di luar untuk menyatakan, bahwa Ganeça itu pada lahirnya pula hanya berhubungan dengan penempatannya yang tidak biasa dalam lapangan percandian yang dikelilingi oleh pagar tembok itu? Kita akan kembali kepada hal ini dibelakang.

Masih ada lagi pelajaran yang kita peroleh dari bangunan kecil yang kita timbulkan dari dalam tanah itu. Di dalam atapnya terdapat sebuah ruangan kecil yang berbentuk rongga diatas bilik-candi yang sebenarnya, seperti juga terdapat pada candi-candi lain. Biasanya ruangan itu dahulu disebut ruang penghematan, ialah sebuah ruang yang dapat diterangkan dari konstruksi bangunan untuk menghemat bahan dan memperingan tekanan atap candi. Tetapi untuk keperluan itu apa yang disebut ruang penghematan sebagaimana dahulu dikenal, agaknya terlalu kecil. Lain daripada itu telah menarik perhatian bahwa dasar dari ruangan itu, dibentuk seperti kotak dengan petak-petak kecil, biasanya sembilan buah (misalnya pada Candi Merak di daerah Klaten). Dalam beberapa hal petak yang di tengah dan berbentuk lingkaran itu tembus menjadi serupa pipa yang merupakan bagian dari sebuah saluran yang berjalan sampai ke dalam batu penutup sungkup bilik candi. pada Candi Gebang tidak terdapat peti seperti kita lukiskan itu di dalam rongganya (hanya beberapa buah peti kecil semacam itu yang lepas); yang ada ialah

41