Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 2.pdf/38

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

wa di dekat arca-arca besar itu terdapat sebuah arca kecil. Di dekat arca Heruka dari Bahal II ditemukan sebuah arca raksasa perempuan kecil seperti telah kami kemukakan di atas. Di Bilik Bahal III ditemukan sebuah lapik kecil yang mungkin sekali dimaksudkan untuk sebuah arca pula, yang sayang sekali telah hilang.

Di dekat bilik Biaro Si Pamutung ditemukan sebuah arca perunggu kecil menggambarkan Amithaba (seorang Buddha) yang tingginya 12,5 cm. Di Tandihet didapatkan sebuah arca Tionghoa kecil yang tidak berkepala, yang tangan kanannya memegang buku. Arca itu ternyata berasal dari Chekiang atau Fukian, mungkin dibuat di zaman Sung (abad ke-13).

Dinding luar biaro-biaro berhiaskan juga lapisan plester, dan di Biaro Bahal Ill dahulu terdapat selapisan plester. Lapisan plester itu dahulu melekat juga pada dinding bilik Sangkilon, Joreng, Pamutung, dan Bahal III. Para pemahat Padang Lawas adalah sangat sederhana dalam mengerjakan perhiasan-perhiasan bidang; sulur daun-daunan dan pola-pola yang sederhana menghiasi dinding. Relief-relief yang mengandung cerita sama sekali tidak terdapat pada dinding luar itu. Hal itu dapat disesalkan karena cerita-cerita yang demikian dapat memberi banyak bahan pengetahuan tentang kebudayaan di waktu pembinaan biaro-biaro tersebut. Yang kami maksudkan dengan kebudayaan itu ialah antara lain: pakaian orang, rumah-rumah, perabot-perabot, kendaraan-kendaraan, alat-alat musik, dan juga hal-hal yang mengenai agama seperti persajian-persajian.

Relief-relief yang terdapat pada biaro-biaro Padang Lawas itu hanya ditemukan pada dindingluar Biaro Bahal dan Pulo, yaitu wujud orang-orang dan hewan-hewan yang sedang menari. Tempat lain yang memperlihatkan relief orang atau hewan adalah beberapa stambha dan beberapa batu.

Papan-papan Biaro Bahal I yang berpahat itu, terdapat pada batur yang terbawah. Hanya 6 buah papan yang berpahatan itu yang dapat di temukan dalam keadaan baik Mungkin dahulu ada lebih banyak papan yang berpahatan itu. Keenam papan itu memperihatkan raksasa-raksasa yang sedang menari. Mereka semua berpakaian kain yang ditarik ke atas lutut, dengan suatu lipatan di tengah, yang sampai ke tanah. Sebagai perhiasan badan dipakai mereka: subang,gelang, kelatbahu, dan gelang kaki; dalam tangan kanan mereka pegang senjata dan dalam tangan kiri sebuah benda lain yang tak jelas tampaknya. Rambut mereka keriting dan mengelilingi kepala seperti api yang bernyala-nyala.

Relief-relief pada dinding batur Biaro Pulo memperlihatkan: seekor banteng yang bertubuh manusia, beberapa orang dengan mata terbelalak dan mulut meringis, dan seekor gajah yang bertubuh manusia. Semua makhluk itu berpakaian penutup aurat atau cawat yang berhiaskan bunga; sebagai perhiasan badan mereka memakai gelang kaki, gelang tangan, kelat bahu, kalung, upawita. Seorang di antara ketiga manusia itu memakai subang yang berbentuk tengkorak, yang lain mempunyai subang juga, tetapi berbentuk bunga. Kedua binatang yang bertubuh manusia itu tidak bersubang dalam telinganya.

Relief-relief lain tampak pada stambha-stambha yang ditemukan pada halaman-halaman biaro itu. Stambha-stambha itu merupakan biaro kecil dan mungkin sekali disembah sebagai biaro kecil juga. Di Pulau Jawa, kelaziman mem-

Arca Batubdari Salihundanm.

33