Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 2.pdf/37

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

beberapa batu bundar yang berlubang di tengah, karena batu yang demikian itu dipakai sebagai payung yang tersusun tinggi di atas stupa itu. Baik di Bahal I, maupun di Bahal II ditemukan beberapa payung batu, yang terbesar garis tengahnya berukuran 1m.

Biaro-biaro yang terbesar mempunyai 3 tangga. Tangga pertama menuju ke batur pertama yang berserambi. Serambi itu ditutupi tembok rendah. Tangga kedua menuju ke batur yang kedua, yang juga memakai serambi, dan bertembok rendah pula. Tangga yang ketiga menuju ke bilik biaro. Di atas pintu bilik dahulu terdapat banaspati yang kebanyakan telah hilang. Hanya di Aek Sangkilon ditemukan sebuah banaspati terletak di atas tanah dan di Si Joreng Belangah juga. Semua tangga itu mempunyai lengan tangga sendiri berbentuk makara, yang dalam mulutnya memperlihatkan arca orang yang berpakaian kebesaran. Orang itu mungkin mewujudkan raksasa, karena wajahnya memperlihatkan keraksasaan. Matanya sipit dan mulutnya selalu tertawa. Mereka berpakaian kain panjang, yaitu sebuah kain yang menutupi bagian yang teratas dari paha, dan kemudian dilipat di tengah. Lipatan itu sampai ke tanah dan kemudian ditarik ke belakang antara kedua kakinya, dan akhirnya di selipkan ke ikat pinggang. Kain panjang yang demikian itu dipakai juga oleh raksasa yang menjaga tangga kedua dan ketiga, dan oleh beberapa raksasa yang tampak sedang menari dalam beberapa relief di Bahal I.

Orang-orang yang nampak dalam mulut makara itu, diwujudkan berdiri, membungkuk ke kiri atau ke kanan, atau bertekuk lutut. Hanya satu kali yaitu di Biaro Bahal II terdapat sepasang orang yang hanya diwujudkan bersetengah badan. Seringkali terdapat suatu asymetrie pada makara-makara yang berisi orang yang berpakaian kebesaran. Sebagai contoh dapat disebut: sepasang makara yang terdapat pada lengan tangga Biaro Manggis. Kedua makara itu berisi raksasa. Raksasa yang satu bertekuk lutut sambil memegang beberapa benda yang tak jelas nampaknya dalam kedua belah tangannya. Raksasa yang lain membungkuk ke kanan dan memegang gada dan perisai.

Arca Wajrassatwa dari Batu

Raksasa-raksasa besar, yang menjaga biaro-biaro induk, boleh dibagi atas: raksasa yang berdiri, membungkuk, dan bertekuk lutut. Raksasa besar memegang sebuah gada dalam tangan kanan Arca Wajrasattwa dari Batu nya dan tangan kiri diangkat mereka dengan jari penunjuk yang terangkat. Raksasa-raksasa yang besar itu seringkali memperlihatkan suatu asymetrie juga, misalnya di Bahal III ditemukan dua raksasa di dekat tangga pertama. Yang terdapat di sebelah utara bersandar pada sebuah gada di tangan kanannya dan tangan kirinya dengan jari penunjuk ke atas berada di depan dadanya. Raksasa yang berdiri di sebelah selatan memegang sebuah gada pada pundak kanannya sedangkan tangan kirinya bersandar pada pinggang kiri.

Batur-batur pendopo seringkali dijaga raksasa juga, dan makara-makara menghiasi lengan tangga batur-batur tersebut. Di Si Pamutung, pada tangga di sebelah timur dari batur pendopo, terdapat pada lengan tangga dua ekor buaya yang di situ menggantikan tempat makara.

Bilik biaro semua berbentuk persegi. Seperti telah dikatakan di atas, maka arca-arca besar, yang dahulu menghiasi bilik-bilik itu, jarang ditemukan. Hanya arca Heruka dari Bahal II masih ditemukan meskipun telah sangat rusak keadaannya. Yang perlu dicatat di sini ialah bah-

32