Lompat ke isi

Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 2.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
Biaro Bahal I, Candi Induk

pertulisan di Padang Lawas tidak akan ternyata bahwa biaro-biaro itu berasal dari abad ke-9. Pun dari pertulisan-pertulisan itu akan ternyata bahwa bangunan-bangunan itu didirikan tidak hanya dalam abad ke-12 saja, melainkan antara abad ke-11 hingga abad ke-14.

Sebuah unsur yang dapat mematikan masa didirikannya sebuah biaro adalah bentuk huruf yang dipergunakan dalam petulisan, karena bentuk huruf itu berbeda menurut kezaliman zamannya masing-masing. Bentuk-bentuk hurud itu mengalami suatu perkembangan, sehingga dari bentuk huruf itu seseorang sarjana dapat menarik kesimpulan dalam waktu mana pertulisan itu ditulis. Dua orang sarjana, yaitu Dr. Nosch dan Dr. Stutterheim, telah menyelidiki pertulisan-pertulisan dari Padang Lawas itu.

Di Tandihet, dalam biaro kedua ditemukan sebuah batu segi empat, yang bertuliskan tida kalimat tiada dengan angka tahun, tetapi bentuk hurufnya dapat ditetapkan dalam abad ke-12. Daei dalam bilik biaro Si Joreng Belangah, berasal sebuah pertulisan pada batu yang bertanggal Caka 1101-1179 M.

Dalam bilik biaro induk ditemukan pyla sehelai kepung emas yang bertulisan. Pada satu sisi terdapat tiga buah kalimat, dan pada sisi yang lain empat buah kalimat tertulis dalam huruf Praenagari, yang karena bentuk hurufnya dapat ditempatkan dalam zaman Majapahit (abad ke-14).

Di Aek Sankilon ada tertulis tujuh kalimat dalam huruf Nagari pada sekepung emas yang ditemukan antara batu-batu runtuhan dalam bilik biaro induk. Pertulisan ini dapat ditempatkan dalam pertengahan abad ke-14.

Pada sebuah tiang batu yang puncaknya berupa kepala Ganeça di Porlak Dolok ada tertulis beberapa kalimat dalam huruf jawa-kuno yang menyebut tahun 1245 M, dan beberapa kalimat dalam huruf India Selatan. Pada halaman Biaro Si Topayan terdapat dua buah lapik yang betulisan huruf jawa-kuno, yang bentuknya mungkin menjadi pendahuluan dari huruf Batak baru. Lapik-lapik itu yang dahulu barangkali menjadi lapik arca, masing-masing bertulisan beberapa buah kalimat. Yang satu mewartakan, bahwa orang yang bernama Hang Tahu Si Rangngit

25