Lompat ke isi

Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 2.pdf/27

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

li dalam bentuknya yang semula, kecuali atapnya karena masih terdapat keragu-raguan dalam beberapa hal. Orang yang mengunjungi candi itu tentu akan merasa tercengang melihat sebuah candi yang banyak sekali mengandung sifat-sifat Jawa-Tengah di tengah-tengah daerah Jawa Timur. Tetapi candi demikian itu bukanlah satu satunya di sekitar daerah itu. Peninggalan yang berasal dari sekitar masa yang setua itu juga terdapat antaranya di Dinoyo, yaitu prasasti yang sudah kita sebutkan di muka, dan di dekat desa-desa Merjosari, Besuki dan Ketawanggede (semuanya terletak di sebelah timurlaut Badut). Sampai sekarang daerah itu masih belum diselidiki dengan teratur dan mungkin sekali masih lebih banyak lagi yang terpendam didalam tanah dari pada yang kita duga sekarang. Bagaimanapun juga adanya bangunan-bangunan kuno yang tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam abad ke-8 terdapat sebuah kerajaan kecil di sebelah baratlaut Malang, yang mungkin sekali ada hubungannya dengan atau merupakan lanjutan dari Kerajaan Sanjaya di Jawa Tengah yang lebih tua. Candi yang dimaksudkan dalam piagam Dinoyo tersebut di atas belum pasti benar. Tidak mustahil bahwa yang dimaksudkan itu ialah Candi Badut, sebab kecuali disebutkan tentang pendirian sebuah bangunan suci untuk Agastya, juga disebutkan tentang sebuah lingga yang keramat. Dan Candi Badut ialah sebuah punden yang memuat lingga, seperti akan kita lihat di belakang. Yang pasti ialah bahwa bangunan tersebut berasal dari masa yang sama atau sedikit tua dari piagam Dinoyo.

Candi Badut dikelilingi oleh sebuah tembok yang sekarang sudah hilang, dan letaknya juga tidak di pusat lapangan percandian. Yang menarik perhatian dan sesuai dengan umurnya yang tua itu ialah kakinya yang sama sekali rata dan tidak diberi bingkai-bingkai, sebagaimana juga terdapat pada candi-candi yang lain yang seumur dengan itu. Yang menunjukkan sifat Jawa Tengah lagi ialah bilik pintunya yang menjadi penampil muka pada sisi masuk di sebelah barat. Sebuah tangga yang diapit oleh pipi tangga yang banyak perhiasannya (pada pipi tangga yang sebelah selatan masih terlihat sebuah kinnara dan sebagian dari kinnara lain) membawa kita ke pradaksinapatha (selasar keliling) pada kaki candi. Tubuh candinya buntak, lebih lebar daripada tinggi. Pada ketiga sisinya terdapat relung-relung, dan di dalamnya dapat dipasang kembali Durga (sebelah utara) dan Guru atau Agastya (sebelah selatan). Relung yang sebelah timur tentunya dahulu berisikan Ganeca tetapi arca itu telah hilang. Relung- relung itu berkambikan pelengkung kalamakara yang biasa kita dapatkan di Jawa Tengah. Bidang-bidang dinding di samping relung-relung itu diisi dengan hiasan ”pola bunga”. Relung-relung yang lebih kecil di kanan kiri penampil kosong; mungkin dahulu berisi arca-arca penjaga pintu masuk, ialah Mahakala dan Nandicwara. Atapnya runtuh sama sekali, tetapi masih dapat kita rencanakan kembali di atas kertas. Tentulah dahulu terdiri atas dua bagian yang serupa dengan tubuh-candi tetapi makin ke atas makin kecil yang akhirnya ditutup dengan puncak yang berbentuk ratna.

Bilik-candi yang luas itu berisi lingga-yoni yang ditempatkan di atas perigi yang besar dan dalam. Dalam perigi itulah mungkin dahulu letak peripih yang didapatkan kembali diantara runtuhan-runtuhan dinding luar bilik-candi itu dan yang sekarang terletak di antara batu-batu di belakang candi.

Di hadapan sisi masuk candi itu terdapatlah alas tiga buah candi perwara yang lebih kecil. Diduga bentuknya sama dengan candi pusat. Obyek pemujaan dari dua buah diantaranya kita ketahui. Di dalam candi perwara yang tengah terdapat Nandi, dan di dalam candi yang sebelah selatan lingga-yoni. Apa yang terdapat dalam candi yang sebelah utara tidak kita ketahui. Susunan yang terdiri atas 3 buah candi yang lebih kecil berhadapan dengan candi induk yang semacam itu ialah suatu keadaan yang banyak kita dapatkan di Jawa Tengah maupun Jawa Timur seperti dapat kita lihat dari uraian-uraian di atas. Adapun guna dan artinya masih kita duga-duga.

Suatu keanehan lagi ialah adanya dua buah batu yang berbentuk kubus dengan sebuah lubang segi empat yang dalam, yang terdapat di lapangan percandian di sebelah utara dan selatan candi induk pada jarak yang sama. Sekarang kedua buah batu itu terletak di kanan kiri lapangan percandian di antara runtuhan-runtuhan bagian-bagian candi.

22