Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 2.pdf/15

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
Arca Bhrkuti dan Candi Jago

dalam dan di luar candi itu, yang memberikan sifat kebudayaan kepada candi tersebut. Kebanyakan di antara arca-arca itu sekarang ada di museum di Jakarta, sedangkan arca induknya masih ada di sana.

 Di atas lapangan percandian itu dahulu terdapat bangunan-bangunan yang lain, di antaranya ada yang bersifat agama Siwa sebagaimana ternyata dari arca-arca dan bagian-bagian candi yang tergali di sekitarnya. Terdapat juga landasan-landasan bangunan dari batu alam dan batu bata, ialah di depan, di samping kanan-kiri, dan di sebelah tenggara candi itu. Tetapi apa gunanya, masih belum jelas. Yang ada di depannya mungkin sama saja dengan misalnya yang ada pada Candi Kidal dan pada beberapa candi lain, ialah sebuah batur dengan tiga buah bangunan kecil di atasnya.

 Tentang Candi Jago telah kita katakan di muka bahwa punden yang sebenarnya didirikan di atas batur berundak-undak tiga yang makin ke atas makin kecil dan makin ke belakang. Dengan demikian maka di atas tiap-tiap batur ada tempat yang luang, karena penampil yang berundak-undak itu masih lagi diperkuat dengan ditambahkannya selasar-selasar dengan tangga di kanan kirinya. Letak punden sebenarnya yang di belakang sekali itu mengingatkan kita kepada bangunan-bangunan di lereng-lereng gunung yang didirikan berundak-undak sebagaimana kita kenal dari akhir zaman Hindu. Pikiran yang serupa itu masih hidup langsung dalam susunan makam raja-raja dalam zaman Islam dan juga dalam susunan pura-pura di Bali. Pada Candi Jago ketiga undak-undak itu bersama-sama merupakan gunung, dengan kediaman para dewa di atas puncaknya (candi yang sebenarnya).

 Dari candi itu sendiri tidak banyak yang tinggal, hanya kakinya, kambi pintu, dan sebagian kecil dari tubuhnya. Pada tubuh candi itu dahulu terdapat relung-relung pada ketiga dinding luar dan di kanan kiri pintu masuk. Bilik candi dapat ditutup dengan sebuah pintu, sebagaimana ternyata dari lubang-lubang di samping jenang-jenang pintu. Di dalam lantai bilik candi sekarang terdapat lubang gangsiran yang besar dan dalam, tetapi perigi tidak terdapat di dalamnya, karena itu tidak ditemukan juga sebuah peripih. Hal itu agak mengherankan, karena di dalam kesusasteraan kuno Candi Jago disebutkan di antara candi-candi penjenazahan. Tentulah orang mengharapkan akan menjumpai sebuah perigi candi dan peripih di dalamnya.

 Di sisi luar candi itu pada lima tempat terdapat lajur-lajur mendatar yang berukirkan relief. Akan mengikuti relief-relief itu orang harus berjalan mengelilingi candi dengan mengirikan candi itu.

Undak-Undak Pertama

a. Pada sudut barat-laut (lihat denah) mulailah rangkaian relief-relief yang menggambarkan ceritera-ceritera binatang semacam yang kita dapati dalam kumpulan ceritera Tantri di Indonesia. Rangkaian relief itu berjalan terus sampai sudut timurlaut. Ceritera-ceritera itu belum semuanya kita kenal, tetapi ada juga di antaranya yang sudah kita kenal dari candi-candi yang lain. Misal nya saja pada bagian muka dari serambi (di sebelah kanan orang yang melihatnya) ada sebuah ceritera kura-kura yang suka ngobrol. Ceritera lain

10