Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 2.pdf/13

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

nya yang mengambil tempat yang sangat penting ialah pemujaan leluhur raja. Karena itu maka tidaklah aneh bahwa bangunan-bangunan itu mempunyai bentuk yang tidak terdapat di tempat tempat yang lain. Pada umumnya bangunan-bangunan itu disebut candi, yang berarti bangunan suci penjenazahan, ialah tempat-tempat di mana sebagian kecil dari abu raja yang meninggal dan dibakar menurut kebiasaan Hindu, dikuburkan di dalam sebuah perigi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut di bawah bangunan itu. Abu itu terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sebuah peti batu. Biasanya pada abu itu ditambahkan benda-benda yang mengandung kekuatan magis, misalnya lempengan emas dan perak yang ditulisi dengan kata-kata yang magis, permata, dan manik-manik. Cara penguburan itu paling tepat dapat dipersamakan dengan cara yang masih berlaku sekarang di Bali. Di atas abu raja itu didirikan sebuah bangunan batu. Tentu saja mendirikan bangunan tersebut makan waktu yang lama, karena itu bukanlah suatu hal yang tidak mungkin apabila orang sudah mulai dengan pendirian bangunan itu pada waktu raja masih hidup, kemudian setelah ia meninggal diselesaikan oleh penggantinya.

 Dari bangunan-bangunan suci di daerah Jawa Timur itu kita pilih sekelompok yang terletak di daerah Malang, dan lagi hanya kita batasi kepada bangunan-bangunan di sekitar kota Malang yang dengan mudah dapat kita capai dari sana. Sebagian ialah candi-candi yang bersifat Buda seperti Jago dan Sumberawan, sebagian lagi bangunan-bangunan suci yang bersifat Siwa: Badut, Songgoriti, Kidal, dan Singosari. Watu Gede kita masukkan juga di sini karena merupakan tempat pemandian — hanya satu-satunya di sekitar daerah itu — dan juga sebagai contoh dari sebuah bangunan yang tidak suci.

 Menurut umurnya, maka candi-candi Badut

Candi Jago

8