untuk dijalankan secara besar-besaran. Tetapi ada juga ”kebun percobaan dari alam” dan di situ manusia pun dapat kita amati dalam keadaan yang berbeda-beda sebanyak-banyaknya; di hawa panas atau di masa es, sebagai anak raja atau sebagai pengemis, di kota atau di hutan rimba, semacam perseorangan atau sebagai bagian dari segala macam bentuk kemasyarakatan; lagi pula mungkin dalam waktu-waktu yang terpanjang. Adapun kebun dari percobaan alam itu ialah sejarah, termasuk pula Purbakala yang juga meliputi prehistori. Sesungguhnyalah suatu kemungkinan yang terangan-angan betul untuk dapat mengenal manusia sedalam-dalamnya jika bahan-bahan tidak terlalu sering tak sempurna dan tak lengkap. Banyaklah yang sudah hilang lenyap untuk selama-lamanya. Namun setiap orang yang dengan pandangan luas mencurahkan tenaganya kepada penyelidikan sejarah perkembangan umat manusia segera akan menginsapi betapa kayanya penyelidikan itu akan kemungkinan-kemungkinan serta pelaksanaannya dalam tiap lapangan kehidupan.
Jika dipikirkan betapa penting dan menawan hati penyelidikan demikian itu, lalu timbullah pertanyaan apakah sebabnya maka begitu sedikit orang, pun dari bangsa Indonesia, yang merasa tertarik olehnya. Mengapakah menurut perbandingan agak banyak juga orang yang umpamanya mempelajari kesusastraan tidak dengan maksud merendahkannya sehingga dapat nyata bahwa minat terhadap ilmu-ilmu budaya memang sungguh ada, sedangkan yang mau mempelajari sejarah atau ilmu purbakala sangat luar biasa sedikitnya? Betul hal ini bukannya terdapat di Indonesia saja, sebab di seluruh dunia jumlah ahli purbakala hanya kecil sekali, namun sungguh amat sayanglah untuk Indonesia. Bukan main banyaknya pekerjaan luhur itu yang dapat dilakukan di negeri ini, jarak sebaliknya bukan main sedikitnya yang sudi menjalankannya. Tambahan lagi dari sedikit itu terutama adalah orang-orang Belanda.
Ada juga pertanyaan apakah kekurangan minat itu disebabkan oleh karena nama buruk yang
3