Lompat ke isi

Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 1.pdf/61

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

bukit, maka kita melihat di muka kita pada sebelah yang lain dari lapangan yang lebar dan datar, robohan-robohan Ratubaka sebelah barat. Ini hanyalah merupakan permualaannya, meskipun permulaan yang penting juga dari apa yang nampak. Ada tiga kelompok peninggalan zaman purba yang dapat kita kunjungi. Kelompok di sebelah barat ini yang merupakan semacam halaman depan; di sebelah tenggara sekelompok lagi yang di antaranya mempunyai batu-batu pendopo dan di sebelah utara dari itu kamar-kamar yang dipahatkan di dalam batu padas.

Ratu Baka ialah nama yang terkenal dari cerita-cerita kuno. Menurut salah satu daripadanya beliau adalah ayah daripada seorang raja puteri, yang menyuruh R. Bandung, pencintanya, membangun sebuah istana beserta seribu buah patung dalam waktu satu malam. Hampir dia berhasil, tetapi masih kurang sebuah. Sebagai hukuman, raja puteri itu dijadikan batu, dan Lara Jonggrang menjadi nama pula bagi kelompok candi yang besar di dekat Prambanan. Sebagai patung Durga, dia terdapat di dalam bilik sebelah utara dari Candi Ciwa itu. (Ada juga cerita semacam itu tentang Borobudur. DI dalam cerita itu raja putri menjadi salah sebuah patung Candi Medut).

Adanya tempat-tempat pengambilan batu di dekat kamar-kamar di dalam batu padas; sifatnya yang aneh daripada beberapa bangunan; daerah yang tandus dan terpencil, tempat istana itu dahulu; segalanya ini lebih menyalahkan daripada membenarkan dugaan itu. Kalau dahulu memang sebuah tempat kediaman raja, maka lebih mungkin tempat itu adalah kediaman yang dipakai untuk sementara waktu, sebagaimana halnya dengan pesanggrahan-pesanggrahan Sultan sesudah waktu itu. Tetapi barangkali penyelidikan yang lebih lanjut di daerah itu dapat memberi kepastian tentang hal ini.

Baik kelompok sebelah barat yang mula-mula kita injak pada daerah robohan ini, maupun kelompok di sekitar batu-batu pendopo, tidak jelas benar bagaimana susunannya. Mengenai yang pertama itu untuk sebagian disebabkan oleh pembinaan percobaan, yang disusun dengan batu-batu yang telah dipahati yang diketemukan di dalam tanah. Batu-batu ini nantinya akan ditempatkan kembali dan disusun lagi di atas dasarnya yang asli, dan sekarang hal ini sedang dikerjakan. Tetapi sekarang susunan percobaan itu masih terletak berjajar-jajar dan mengambil tempat sebagian besar dari lapangannya. Jadi para pengunjung tentunya juga tak dapat mengikuti perencanaan kembali dari denah yang kami muat di sini, sampai hal yang sekecil-kecilnya (gb. 38). Pada gambar perencanaan kembali (gb. 41) dapatlah ditanyakan beberapa penemuan baru yang belum dipertanggungjawabkan di denah itu.

Seperti telah dikatakan bahagian barat Ratubaka adalah semacam pelataran muka. Bentuknya persegi empat (III) dengan sisi-sisi yang panjangnya kira-kira 160 m, dan di mukanya di sebelah barat ada dua buah pelataran lagi yang kurang lebar (II dan I).

Pelataran II besarnya lebih kurang 170 x 20 m, dan pelataran I lebih kecil lagi. Pelataran III dikelilingi kotamara di atas sebuah parit yang lebarnya lebih kurang 1,50 m dan berdinding lapisan batu serta berlantai (No.3). Di dalam kotamara ini di sebelah selatan, tenggara dan barat daya diberi pintu-pintu gerbang kecil dengan tangga (ketiga-tiganya dijelaskan sebagai no.6), dan di sebelah barat terdapat bahagian yang paling belakang dari kelompok gapura yang amat besar (No. 5). Di sebelah utara dan timur pelataran III sebahagian besar dipahatkan dari dinding batu padas. Dan dinding ini diteruskan ke sebelah barat dengan sebuah tembok penyangga. Juga pelataran II yang letaknya lebih rendah dari III dan lebih tinggi dari I, mempunyai sebuah kotamara, yang bersambung dengan kelompok gapura sebelah muka (No.4).

Bagaimana jalannya kotamara ini serta dinding pelataran dan langkan itu selanjutnya ke selatan, belum dapat diketahui. Di muka kelompok gapura rupa-rupanya ada sebuah jalan landai (No.2) ke pelataran I.

Dengan istilah keraton yang modern kiranya pelataran ke-3 yang letaknya lebih tinggi (III) dapat dinamakan sitinggi, dan lapangan datar (A) di muka pelataran I dapat kita sebutkan alun-alun.

Yang menakjubkan ialah bangunan yang serba besar dari gapura-gapura: sebuah gapura yang

55