Pun dengan cara lain bentuk jirat itu dapat ditinjau, ialah dengan mengambil kubang yang berbentuk kubah itu sebagai pangkal. Sebagaimana dapat dilihat pada pemakaman di Katangka yang letaknya juga di dalam lingkungan tembok-tembok yang sudah usang dari Goa dahulu, maka banyaklah kemungkinan-kemungkinan untuk memberi bentuk kepada bangunan-bangunan itu. Semuanya ditutup dengan jambangan dari tembikar, di antaranya dahulu ada indah sekali bikinan Tiongkok. Jambangan-jambangan atau periuk-periuk itu dianggap sebagai ingatan kepada guci-guci yang dahulu dipergunakan sebagai tempat menyimpan sisa-sisa dari yang telah meninggal. Sekarang yang meminta minat kita hanyalah bentuk dasar yang bersahaja itu dan perubahan-perubahannya dari bentuk atapnya yang menjelmakan bentuk jirat. Contoh yang baik dari bentuk atap yang sederhana ialah kuburan i sabo (kira-kira tahun 1600) di pemakaman di Tallo. Oleh karena atapnya agak melengkung seperti sisi genta dan puncaknya diperluas (makam Aru Timurung Matinroe ri TipuluE) sudahlah dimulai pemberian garis tampang yang bersusun dari atap itu (bolehlah di sini sekali lagi ditegaskan bahwa jalan perkembangan ini tidak berdasarkan sejarah. Makam ini dihubungkan dengan raja tersebut, maka agaknya berasal dari pertengahan abad ke-18).
Sebuah makam yang mungkin sekali lebih tua dan berasal dari permulaan zaman Islam terletak di sebelah selatan Massamba tidak jauh dari pantai ujung utara teluk Bone dekat Pao. Makam itu didirikan kira-kira pada akhir abad ke-16. Atapnya sudah mempunyai garis tampang yang sedemikian bersusun-susunnya sehingga bagian yang paling nyata tampil ke muka sudah beralih, dan lebih tepat disebut monumen di atas alas dari sebuah bangunan dipakai atap. Dari adanya pintu yang kecil saja di kakinya[1] dapatlah disimpulkan bahwa bangunan itu sebenarnya cungkup pula. Di atas alas yang rata dan persegi panjang dan yang di dindingnya ada dibuatkan pintu masuk, didirikanlah atapnya yang dibuat serba raya. Oleh karena bidang-bidang atapnya tidak sama serongnya maka atap itu dari persegi panjang menjadi runcing di atas. Penglihatan sepintas lalu memberi kesan seakan-akan makam itu berupa sebuah kotak bertutup dan berdiri di atas alas yang lebar. Bagian di pertengah sisi atap yang menonjol ke luar dan berbentuk setengah lingkaran dengan sebuah birai tengah yang rata, sudah agak menyerupai bentuk keranda, bentuk mana menjadi nyata benar pada jirat-jirat.
Kubang-kubang yang berbentuk jirat ini terutama didapatkan di pemakaman Raja-raja Goa dan para raja dahulu dari Tallo. Di tamalate kita jumpai 13 buah dari jenis itu, di Bontobiraeng dan Talli masing-masing dua. Dapat diduga bahwa pun di pemakaman para anggota keluarga raja dari Bone, keturunan Aru Palakka, di kampung Bontoala' di kota Makassar, terdapat makam yang semacam itu. Yang telah diambil ukuran-ukurannya ialah empat buah dari Tamalate dan dua-duanya dari Bontobiraeng. Dari jenis makam-makam ini yang masih paling utuh dan paling indah ialah makam raja Tallo dahulu yang bernama Tumenanganga ri Makkoayang yang hidup pada pertangahan kedua dari abad ke-16. ia adalah ayah dari i Sabo yang telah disebutkan di atas. Pada semua makam dapatlah dilihat bentuk kerandanya - meskipun selalu berbeda cara mengerjakannya - di atas satu atau dua bagian bawah yang selalu genting di tengahnya. Adapun alasnya lebih lebar daripada penutupnya yang berbentuk perempat lingkaran yang melengkung ke luar. Penutup berbentuk birai mahkota lurus yang laxim pada kebanyakan dari langgam-langgam itu tidak terdapat, sehingga memberi kesan berlebih-lebihan. Di dalam alas yang rata saja itu diberi pintu masuk ke dalam sebuah bilik yang bersungkup setengah silinder membujur. Pintu masuknya ditutup dengan papan yang persegi panjang dengan diberi sisi atas segi tiga.
Makam Tumenanga ri Parambatuna (hidup pada pertengahan abad ke-17) alasnya persegi panjang dan seperti makam Watallamuru ditutup dengan bidang-bidang yang miring dan mahkota birai perempat lingkaran yang telah disebutkan tadi. Hanya untuk makam ini ada disisipkan bidang miring yang menyangga bagian bawah dari jiratnya. Bagian gentingnya dinyatakan dengan cekungan di antara dua birai, sedangkan di atas dan di bawahnya ada menjorok dua bidang yang lengkung. Jiratnya sendiri mempu-
- ↑ Makam itu sebagian besar digenangi air, sehingga tidak dapat gambaran yang lengkap tentang bagian terbawah ini. Akan tetapi orang-orang yang telah menjelma ke situ menyatakan bahwa pintu masuk itu ada terdapat.
52