Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 1.pdf/55

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

 AMERTA, 1, 1985

7


MAKAM—MAKAM ISLAM DI SULAWESI SELATAN

V.R. van Romondt

 Meskipun penyelidikan terhadap makam-makam para raja di Sulawesi Selatan oleh karena keadaan yang tak terduga terpaksa harus dihentikan sebelum waktunya, telah dapat terkumpul juga sejumlah besar bahan-bahan. Menyimpan saja bahan-bahan itu di dalam arsip-arsip Dinas Purbakala, di mana sudah terlalu banyak yang terpendam debu, akan berarti sangat mungkinnya bahan-bahan tersebut dilupakan atau hilang sama sekali. Maka dari itu di sini dimuat hasil-hasil yang telah diperoleh itu berupa foto dan gambar beserta uraian sekedarnya dari bentuk-bentuk makam yang aneh, yang pasti dapat dianggap pantas untuk dipelajari lebih lanjut.

 Beberapa makam raja-raja dahulu dari Goa dan Tallo di sekitar Makasar telah diambil ukuran-ukurannya, sedangkan di samping itu telah dibuat foto-foto dari berbagai makam raja di Bukaka (Bone), Watallamuru dan lain-lain tempat. Meskipun banyak dari yang telah mangkat diketahui keterangan-keterangannya yang berdasarkan sejarah, namun masih harus ditunggu juga suatu sejarah yang panjang lebar tentang Sulawesi Selatan sebelum dapat diperdalam soal perkembangan dari bentuk-bentuk makam itu.

35. Makam La Mappaware Petta Matinros ri laleng benteng di Wattlamuru.

 Sebetulnya mendirikan kuburan atau pemakaman yang indah-indah adalah bertentangan dengan aturan-aturan aslinya bagi orang Muslim. Meskipun demikian sudah sangat segeralah orang mendirikan pemakaman-pemakaman yang sangat luas. Dalam hal ini di Indonesia orang tidak pula ketinggalan. Kuburan-kuburan di Jawa dari para Wali dan raja dari berbagai kerajaan semuanya didirikan secara besar-besaran dan atas dasar-dasar yang lazim untuk mendirikan tempat-tempat suci di dalam zaman Hindu. Di Sulawesi Selatan dasar-dasar itu tidak ada. Penjenazahan hanyalah berlangsung dengan jalan pembakaran mayat dan abunya ditanam dalam tempayan-tempayan dari tembikar. Sepanjang dapat diketahui maka tempat penanaman balubu-balubu itu tidak diberi sesuatu tanda.

 Meskipun beberapa makam yang diuraikan di sini dikatakan berasal dari zaman sebelum Islam, namun rasanya sangat tidak mungkin bahwa pemberian bentuk yang demikian nyata corak Islamnya dilakukan oleh orang-orang kafir. Kebanyakan dari makam-makam itu berasal dari abad ke-17 dan 18. Dari makam-makam yang berbagai jenisnya itu dapat diambil kesimpulan akan bagaimana perkembangannya, akan tetapi jalan perkembangan itu tak dapat memperoleh kepastian dari sejarah. Bahkan sebaliknya bentuk-bentuk yang menurut jalan perkembangan se-

49