Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 1.pdf/44

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
27.Candi Ciwa Sebelum Dibina Kembali.

Memandang hasil-hasil sesuatu kerja itu menjadi lebih berarti dan lebih dapat dinikmati, jika kita tahu akan sejarah dan waktu dari pekerjaan itu dan pula faham akan maksud dan tujuan mengapa pekerjaan itu dilakukan. Oleh karena itu itu diperkenankanlah saya mengajak Saudara-saudara diam sejenak dan meninjau hal-hal itu.

Ketika waktu menjelang akhir abad yang lalu minat yang semakin besar terhadap peninggalan-peninggalan purbakala pun terdapat di Yogya dengan didirikannya ”Archeologische Veereniging”,maka seakan-akan dengan sendirinya perhatian ditujukan kepada runtuhan-runtuhan di perbatasan kerajaan-kerajaan Yogyakarta dan Surakarta. Dari padanya yang terlihat hanyalah bukit-bukit timbunan batu,sebagaimana dapat nyata dari foto-foto zaman itu. Barang siapa yang ada terasa hasrat di dalam hatinya untuk menyelami masa lampau, untuk memahami benar-benar akan keindahan seni zaman itu dan menghidupkannya kembali, dapatlah membayangkan betapa besar harapan para pelopor kepurbakalaan itu yang mereka taruhkan di dalam runtuhan-runtuhan itu. Dan usaha apa saja yang telah dilakukan sebagai pernyataan minatnya terhadap runtuhan-runtuhan itu, telah Saudara dengar tadi. Nama Ir.Ijzerman dan Dr.Groneman tidak lagi asing.

Setelah kira-kira tiga puluh tahun lamanya kaki-kai candi itu dengan tenang dan tenteram mengecap kenikmatan di antara lapangan-lapangan perumputan yang sedap dipandang dan selalu rapih dipelihara,maka dalam tahun 1918 dimulailah usaha yang tegas secara besar-besaran oleh ”Oudheidkundige Dienst” (atau kini Dinas Purbakala) yang sementara itu telah didirikan. Pada tahun itu di Jawa Timur selesailah pembangunan kembali dari berbagai candi kecil dari kelompok Panataran. Pembangunan itu dilakukan menurut cara anastylose, yaitu dengan menghubung-hubungkan batu-batu aslinya. Dan ternyata bah-

38