sungguh hari besar bagi mereka yang telah mencurahkan segala tenaganya kepada pekerjaan itu.
Jika sebuah rumah didirikan dan atapnya sudah ada di tempatnya, maka ketika itu biasa dirayakan. Saat selesainya memasang bagian yang teratas itu, baik di negeri ini maupun di negeri-negeri lain, diperingati dengan menaruhkan suatu tanda di atas puncak tadi. Untunglah bagi saya, bahwa saya tidak diminta atau diharapkan untuk menaruh tanda semacam itu, bendera maupun lainnya, di atas puncak candi yang 47 meter tingginya ini. Tetapi benar-benar saya gembira, bahwa hari ini kita diperkenalkan merayakan saat yang maha penting itu. Terima kasih saya ucapkan atas segala usaha dan bantuan dalam melaksanakan selamatan ini. Tak lain saya mendo'a mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kurnianya agar kami diberi cukup tenaga dan semangat untuk menyelesaikan pekerjaan yang penting lagi mulia ini.
Pada saat ini suatu pesta besar belum pada tempatnya. Upacara yang diadakan pada hari ini direncanakan hanyalah sebagai suatu perayaan di dalam lingkungan keluarga sendiri, yaitu keluarga Dinas Purbakala beserta sahabat-sahabatnya yang hingga kini telah menunjukkan kesediaannya untuk mengikuti dan merasakan untung malang nasib kami, khusus nasib Seksi Bangunan yang melaksanakan pekerjaan maha berat ini.
Di sini lebih-lebih saya menyatakan kegembiraan saya, oleh karena pekerjaan ini, seperti juga pekerjaan lain dari Seksi Bangunan, baik di dalam tahun-tahun yang sudah maupun dewasa sekarang, adalah hasil yang diperoleh dari eratnya kerja sama antara orang-orang Indonesia dan orang-orang Belanda. Kerja sama yang satu saja tujuannya: pembinaan kembali Candi Ciwa ini!
Meskipun bagian terbesar dari candi ini tiada kelihatan karena perancahnya, namun dua hal sudah nampak dengan tiada syak lagi, yaitu: pertama, bahwa candi ini menjadi tanda yang nyata dari tingginya kebudayaan dan kesenian penduduk Jawa Tengah seribu tahun yang lalu: kedua, bahwa candi ini juga menjadi contoh dari kebaktian serta kecintaan kita terhadap kekayaan kebudayaan Indonesia. Lagi pula pada hemat saya, pekerjaan Seksi Bangunan ini dapatlah menjadi tiru teladan yang menyatakan dengan tegas hasil yang baik dari kerja sama di dalam lapangan teknik, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Kerja sama itu melenyapkan segala perbedaan nasional, segala golongan gaji, dan segala pangkat. Saya tahu, bahwa tidak semuanya itu dapat berlangsung sebagaimana dapat dicita-citakan, akan tetapi yang pokok ialah bahwa kendati segala kesukaran yang memang selalu mengancam setiap organisasi, telah dilaksanakan juga suatu pekerjaan raksasa.
Diperkenankanlah di sini saya menyebut beberapa orang yang telah mencurahkan tenaganya — seringkali, boleh dikata selama seluruh hidup mereka — guna melaksanakan pekerjaan maha besar ini.
Pertama-tama saya sebutkan beberapa orang wakil dari para pencurah tenaga, yang tiada dengan bantuan yang setia dari mereka ataupun di lain lapangan dari Seksi Bangunan, tidak dapat memungkinkan pekerjaan yang seperti sekarang ini. Masa kesukaran pula bagi mereka yang melanjutkan pekerjaan Seksi Bangunan: Sdr. Soewarno beserta dengan para pembantunya, Samingun, Ichwani, dan Mirun. Selama zaman perang dan waktu sesudahnya sungguh bukan waktu yang memberikan kegembiraan kerja kepada mereka. Namun mereka itu, baik di sini maupun di lain tempat, dengan segala daya upaya telah berteguh hati untuk melanjutkan tugas mereka, di mana dan bilamana saja ada kemungkinan. Mudah-mudahan mereka dapat mengecap kenikmatan dan kepuasan hati dalam keinsyapan bahwa pusaka kebudayaan yang megah indah ini telah dapat dikembalikan lagi kepada bangsa Indonesia juga sebagai hasil pengorbanan mereka.
Sebelum saya akhiri uraian saya ini perlulah rasanya saya tegaskan, bahwa pembinaan Candi Ciwa itu adalah bagian yang sangat penting, tetapi juga hanyalah bagian saja, dari tugas Seksi Bangunan. Dalam lapangan ini juga Saudara-saudara dapat menyaksikan pembinaan kembali salah satu dari candi-candi perwara, dapat melihat susunan-susunan percobaan dari Candi Wisnu dan Brahma, sedangkan tidak jauh dari sini orang sedang sibuk bekerja pada Candi Plaosan, Ratu Baka, Banyuniba. Lebih jauh lagi dari sini kami sedang bekerja di Ngempon dekat Ungaran; di Jawa Timur baru saja diselesaikan pembinaan kembali makam Maulana Malik Ibrahim. Sejak tahun 1949 bertimbun-timbunlah pekerjaan kami di pulau Bali, sejak tahun yang lalu kami mulailah lagi pekerjaan kami di Sumatra dengan membersihkan berbagai candi. Tahun-tahun yang akhir ini telah kami perbaiki pemakaman raja-raja di Sulawesi Selatan. Nyatalah, bahwa di mana-mana kami harus giat bekerja, dan ini hanya dapat dilakukan seimbang dengan sangat terbatasnya, sangat kecilnya jumlah pegawai yang ada di dinas kami.
36